Fenomena banyaknya baliho dan billboard Puan Maharani mendapat berbagai respons dari berbagai kalangan, bahkan viral di media sosial. Ada yang menjadikannya meme, hingga muncul perdebatan di media massa dan media sosial.
Bambang mengaku kaget pekerjaannya menjadi berita yang ramai. Meski begitu, dia memaklumi munculnya kritikan-kritikan dari sejumlah politisi mengenai pemasangan baliho dan billboard Puan Maharani.
“Mungkin mau pasang (billboard juga) tapi sudah habis lokasinya, jadi tidak dapat,” tutur Bambang.
Terlepas dari adanya suara nyinyir mengenai pemasangan billboard dan baliho Puan Maharani, dia berharap masyarakat bisa melihat fenomena ini lebih jauh lagi. Jika dilihat dari kacamata pelaku industri ekonomi kreatif, kata Bambang, orderan iklan Puan Maharani merupakan anugerah.
“Mereka tidak merasakan seperti kami yang harus bertahan hidup dan menghidupi karyawan. Coba kalau mereka menjadi kami, pasti ikut bersyukur. Ibarat panas setahun dihapus hujan sehari. Monggo-monggo saja berpendapat, tapi saran saya santunlah bermedia, manfaatkan sarana media dengan bijaksana,” tuturnya.
“Kalau terbiasa bicara baik insya Allah rezekinya baik. Energi bisa kita manfaatkan untuk mencari ide gagasan yang kreatif dan inovatif, bagaimana rezeki tetap eksis di masa krisis, karena masih banyak peluang,” tutur Bambang.