“Gempa Garut tersebut terjadi pada zona intraplate lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah pulau Jawa. Sementara itu, gempa di Jatim berada pada zona prisma akresi di zona subduksi Jawa bagian timur," kata dia dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (8/12/2022).
Melihat dari jenis kegempaan dan lokasi sumber gempanya, Gayatri memastikan gempa-gempa tersebut tidak berkaitan satu sama lain. Wilayah di sepanjang zona subduksi, seperti sepanjang lepas pantai Barat Sumatra sampai Lombok memang berada pada daerah tektonik aktif sehingga banyaknya gempa bumi di sekitar wilayah ini sebagai sesuatu yang wajar.
“Gempa yang terjadi adalah fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan energi ketika tubuh batuan kerak bumi retak, patah, dan bergerak akibat tekanan yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik di bumi," tutur dia.
Gayatri juga menilai wilayah Indonesia terdapat banyak lempeng-lempeng tektonik yang saling bertabrakan, antara lain lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, Filipina dan beberapa lempeng lainnya. Lempeng-lempeng ini bergerak dengan kecepatan sekitar 4-7 cm per tahun.
Akibatnya, pada batas-batas tumbukan lempeng ini, energi dari pergerakan tersebut terakumulasi. Sehingga, terjadi retakan dan pergerakan patahan yang disertai dengan peristiwa gempa bumi.