Pemerintah, kata Clara, harus memperkuat peran konselor di sekolah, termasuk penyebarannya di setiap sekolah dan pelatihan khusus bagi guru BK.
Dari sudut pandang pendidikan karakter, praktisi Fahmi Akbar menyebut dibutuhkan perhatian bersama dalam menanamkan karakter mulia pada tiap jenjang pendidikan agar perundungan dapat diminimalisasi. Sekolah harus membuat aturan yang jelas, dan melakukan pembiasaan karakter, dan guru harus sebagai role model.
Pembicara lainnya, yakni Akademisi Pinondang Simanjuntak menyoroti model yang sudah diterapkan negara-negara lain dan berhasil mengantisipasi bullying. Dia mencontohkan Finlandia dengan KiVa atau Kiusaamista Vastaan.
“Metode ini dikembangkan pada 2007 dan di tahun yang sama mampu mengurangi kasus bullying di sekolah hingga 40 persen,” ucapnya.
Sementara itu Koordinator Peneliti id.Edu Adjat Wiratma menyatakan, untuk menghentikan perundungan semua hal perlu dilihat, baik pelaku dan korban. Pelaku, kata dia, bisa saja korban, pelaku di sekolah, namun dia korban di rumah.