"Dalam situasi seperti itu, maka langkah kita tentu melakukan klarifikasi. Namun kadang kala klarifikasi ini enggak efektif. Kadang-kadang dibaca, kadang-kadang enggak nyampe. Maka cara lain di antaranya adalah bukan mematikan, tapi melakukan slow down terhadap gambar dan video," tuturnya.
Tito mencontohkan, terdapat gambar mahasiswa Papua meninggal. Dalam konten yang disebar disebutkan meninggal akibat peristiwa di Surabaya, maupun Malang dan beredar di masyarakat. Namun, pada kenyataannya, apa yang disampaikan melalui konten gambar tersebut tidaklah demikian, melainkan hanya untuk melakukan provokasi.
"Internet digunakan oleh beberapa pihak tertentu untuk melakukan penyebaran berita-berita yang provokatif dan hoaks. Contohnya lihat gambar, ada anak, adik kita mahasiswa Papua yang dianggap gambarnya meninggal dibunuh dalam peristiwa di Surabaya, di Malang. Padahal enggak ada, nah itu yang memprovokasi masyarakat," katanya.