"Akun ini isinya menjual barang-barang seperti sepatu, sandal. Kemudian di situ korban melakukan transaksi dan mengirim ke rekening tertentu yang diketahui rekening penampungan," ujarnya.
Polisi kemudian melakukan pendalaman hingga menemukan lokasi para pelaku yang berada di wilayah Aceh dan Medan. Menurut Awi para tersangka cukup lihai dalam menjalankan aksinya dengan tidak pernah mengirim barang usai menerima uang dari korban. Bahkan jumlah kerugian korban mencapai Rp100 juta.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat Pasal 45A ayat (1) juncto Pasal 48 ayat (1) dan/atau Pasal 21 ayat (2) juncto Pasal 36 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE dan/atau Pasal 378 KUHP juncto Pasal 55 KUHP. Para pelaku terancam pidana penjara 12 tahun dan atau denda maksimal Rp12 miliar.