Prof Amin optimistis institusinya bisa memenuhi tenggat waktu yang diberikan untuk merampungkan riset vaksin Covid-19 maksimal sampai Maret 2021.
"Insya Allah bisa lebih cepat. Tapi ya tidak lebih cepat 6 bulan juga, agak sulit. Tapi kami berupaya proses yang bisa diperpendek akan kami lakukan. Tapi terkait dengan tumbuhnya sel dan virus tak bisa dipercepat," ujarnya.
Lembaga Eijkman saat ini tengah melakukan riset pengembangan vaksin yang berbeda dengan vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma dan perusahaan asal China, Sinovac Biotech Ltd.
Amin menjelaskan vaksin yang dikembangkan Eijkman tidak menggunakan virus utuh, tetapi hanya menyasar dua jenis protein yakni Protein S dan N. Nantinya, dua protein inilah yang akan diisolasi dalam tahap uji coba.
"Bedanya adalah di platform. Vaksin Sinovac menggunakan virus utuh, mereka mengkultur virusnya, kemudian setelah diperoleh virus dalam jumlah besar kemudian virusnya dimatikan dengan bahan kimia. Kemudian ya setelah dibersihkan, langsung bisa dipakai. Ya makanya prosesnya lebih cepat," ucapnya.
Eijkman merupakan salah satu institusi yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk memimpin riset terkait vaksin Covid-19. Selepas riset rampung, produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma.