Markas Staf Komando Garnizun Medan Merdeka justru mengaku tidak pernah menjadwalkan berkoordinasi dengan Sutedja. Nama Kapten Teddy yang disebut tim penjemput Sutedja juga tidak dikenal di Markas Staf Komando Garnizun Medan Merdeka. Nomor jeep militer yang dipakai menjemput juga tidak tercatat di Garnizun.
Sunitri juga melapor kepada Presiden Soekarno yang sudah berstatus tahanan rumah terhitung 3 Oktober 1965 oleh Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letjen TNI Soeharto di Istana Negara Bogor.
Namun Presiden Soekarno mengaku tidak pernah memanggil Sutedja. Kementerian dalam negeri dan kantor DPA memberi jawaban yang sama.
Upaya mencari kejelasan nasib Sutedja akhirnya mulai dilakukan putra sulungnya, Anak Agung Gde Agung Benny Sutedja. Saat penculikan, Benny sedang mengikuti operasi Trikora di Irian Jaya.
Setelah tahun 1970, Benny dimutasi dari Irian Jaya ke Jakarta. Kesempatan itu dia gunakan untuk menggali informasi lebih banyak terkait keberadaan ayahnya. Tapi jawaban Menteri Dalam Negeri Basuki Rachmat dan Kepala Skrining Nasional Gatot Subroto selalu tidak memuaskan.
Keluarga besar di Puri Negara Djembrana dari Kabupaten Jembrana, Bali menyebut Anak Agung Bagus Sutedja meninggal dunia sebagai korban konspirasi penculikan politik.