JAKARTA, iNews.id - Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui kesenian wayang. Wayang berasal dari gagasan tentang bayangan manusia yang dapat ditonton.
Berbagai sumber menyebut wayang sudah berkembang sejak abad ke-8 atau 9 masehi. Keberadaan wayang di Indonesia bisa ditelusuri dari berbagai data dan sejarah, seperti relief di candi, kepustakaan Jawa kuno dan prasasti.
Seperti dilansir dari Jurnal Kebudayaan (2018) bertajuk ‘Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang dalam Masyarakat’, disebutkan sebuah prasasti di era Prabu Dyah Balitung tahun 709 masehi sudah menyebut nama ‘Mawayang'. Prasasti itu bercerita tentang peristiwa digelarnya pementasan wayang, dengan menyanyi, bercerita dan memainkan wayang. Wayang yang dimainkan khusus dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.
Lontar kakawin 'Arjuna Wiwaha' yang ditulis Mpu Kanwa di zaman Prabu Airlangga juga menyinggung tentang wayang. Karangan yang dibuat pada tahun 1030 itu berbunyi, “Ada orang menonton wayang, menangis, sedih, kacau hatinya. Telah tahu pula, bahwa kulit yang dipahatlah yang bergerak dan bercakap itu. Begitulah rupanya orang yang lekat akan sasaran indera, melongo saja, sampai tak tahu, bahwa pada hakikatnya mayalah segala yang ada, sulapan belaka”.
Dari data-data tersebut, tergambar jelas keberadaan wayang di bumi Nusantara sudah ada sejak lama dan digunakan di masa kerajaan. Seiring berjalannya waktu, wayang berkembang dan mengalami evolusi. Hal tersebut beriringan dengan sifat sosiokultural masyarakat yang juga dinamis.
Penggunaan wayang bukan lagi hanya untuk menyembah arwah nenek moyang. Seni wayang juga digunakan untuk media dakwah Islam. Salah satu tokoh Wali Songo yang memanfaatkan wayang untuk berdakwah adalah Sunan Kalijaga.
Dari hasil penelusuran tim Litbang MPI, ditemukan fakta Sunan Kalijaga membentuk kreasi wayang baru, yakni dengan mengukirnya di atas kulit kambing. Sebelumnya setiap adegan wayang digambar pada kertas dengan gambar menyerupai wujud manusia.
Berdasarkan Jurnal Al-‘Adalah (2020) dengan judul ‘Akulturasi Budaya Jawa dan Islam Melalui Dakwah Sunan Kalijaga’, didapati satu lukisan yang diciptakan Sunan Kalijaga merepresentasikan satu wayang dan bukan satu adegan. Tokoh yang berhasil dikreasikannya adalah Punakawan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.