Sementara itu, Dirut Bale Raos Sumatoyo menyoroti terkait dengan standar resep dalam memasak. Menurutnya, salah satu kekhasan masakan Nusantara adalah kaya terhadap rempah. Namun sayangnya, tidak ada standar resep dalam memasak, dampaknya rasa masakan tersebut tidak konsisten.
“Pelaku UMKM harus membuat standar resep dengan takaran yang jelas. Kenapa bisa beda tangan beda rasa? Sejumput garam satu orang dengan yang lain beda, sehingga dibutuhkan takaran yang jelas. Kalaupun rasanya beda, tidak jauh-jauh banget,” tuturnya.
Dengan takaran yang tepat, pelaku UMKM pun bisa mengembangkan usahanya, sebab bisa dijalankan orang lain sesuai standar yang ditetapkan. Pada kesempatan yang sama, Kabid Layanan Kewirausahaan Koperasi dan Usaha Menengah Dinkop UKM DIY, Wisnu Hermawan menerangkan pihaknya memberikan pendampingan secara komprenhensif bagi pelaku UMKM, khususnya bagi anggota SiBakul.
“Kami mendampingi enam aspek, mulai produksi, SDM, kelembagaan, pemasaran, keuangan, dan IT. Kami juga berkolaborasi dengan stakeholder lain untuk membantu pelaku UMKM dalam mengurus NIB, PIRT, dan lainnya,” tuturnya.
Direktur Pemasaran, Pelayanan, dan Pengembangan Usaha PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Hetty Herawati menambahkan peranan kuliner yang dikembangkan UMKM dalam mendukung destinasi wisata sangat penting.
“Kami ingin pelaku UMKM mendapatkan manfaat dari adanya kawasan wisata atau warisan budaya. Nggak ada gunanya kalau nggak memberikan manfaat, baik ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Yang kami lakukan adalah membina pelaku kuliner sekitar agar semakin berkembang,” ujarnya.
Menurut Hetty, kuliner merupakan atraksi utama, karena wisatawan tidak cukup hanya menikmati lingkungannya saja. Kuliner, kata dia, menjadi hal yang paling dicari saat wisatawan berkunjung. Untuk itu, destinasi wisata harus memiliki ikon kuliner di sekitar kawasan wisata.
Terkait hal tersebut Pendiri Forum CCIKM Pangan Indonesia Tjahja Muhandri, sebagai pemateri pelatihan mengatakan, beberapa tips yang perlu diperhatikan para pegiat kuliner tradisional jika ingin terus bertahan selain rasa yang enak juga produk yang dijual harus tahan lama. Teknik pengawetan yang aman dapat digunakan, salah satunya melalui pengeringan dan mematikan mikroba yang menyebabkan makanan tidak tahan lama.
Selain itu, para pelaku UMKM juga tidak boleh ketinggalan teknologi dengan memotret produk dagangannya secara menarik dan mencantumkan nama tokonya di media sosial, agar mudah ditemukan saat dicari melalui pencarian di internet ketika calon pembeli berencana berkunjung ke suatu daerah wisata.
"Yang paling penting dari semua teknik keamanan pangan, adalah sikap mental para pedagang agar tidak mudah merasa puas, dan akhirnya malas melakukan inovasi untuk membuat produk yang dijual dapat semakin baik setiap harinya," katanya.