Suku Dayak juga terkenal dengan berbagai tradisinya, beberapa di antaranya sangat khas dan terkenal karena keunikan mereka. Salah satu tradisi yang unik adalah kebiasaan memanjangkan daun telinga.
Proses memanjangkan telinga ini dilakukan dengan menggunakan logam atau pemberat, serupa dengan anting-anting. Menurut ketentuan adat, perempuan dari Suku Dayak dapat memanjangkan telinga hingga mencapai dada, sementara laki-laki dapat memanjangkannya hingga bagian bawah dagu. Tradisi ini, selain menjadi simbol kecantikan, juga memiliki makna sebagai penanda status kebangsawanan dan sebagai latihan untuk mengembangkan kesabaran.
Suku Dayak juga terkenal dengan Tradisi tato tradisionalnya. Masyarakat suku Dayak Iban di Kecamatan Embaloh, Kabupaten Kapuas Hulu, dikenal dengan praktik tato sebagai seni ukir atau rajah pada tubuh mereka.
Menurut informasi dari laman Kemendikbud, masyarakat suku Dayak Iban diyakini telah mengenal tato sejak periode tahun 1500 SM hingga 500 SM. Dalam konteks tradisional, saat berlangsungnya pertempuran, tato ini digunakan oleh suku Dayak Iban untuk mengidentifikasi kawan dan lawan.
Tradisi penguburan suku Dayak melibatkan beberapa aspek budaya yang unik. Seringkali, suku Dayak menerapkan tradisi pemakaman dengan cara memakamkan orang yang meninggal dalam kuburan tanah atau dalam peti mati yang diletakkan di atas tanah. Pemakaman tersebut seringkali melibatkan ritual dan upacara khusus yang melibatkan keluarga dan masyarakat setempat.
Beberapa kelompok suku Dayak, seperti Dayak Ngaju, mungkin juga melaksanakan tradisi Tiwah, yang melibatkan pembakaran tulang belulang kerabat yang telah meninggal. Dalam tradisi ini, keluarga yang ditinggalkan akan menari, bernyanyi, dan mengelilingi jenazah sebagai bagian dari prosesi penguburan.
Penting untuk diingat bahwa praktik penguburan suku Dayak dapat bervariasi antara kelompok suku dan wilayah tertentu di Kalimantan, sehingga tidak ada satu cara penguburan yang merangkum semua praktik suku Dayak.