Paradigma Nilai Baru: Kripto, Energi, dan Masa Depan Ekonomi yang Berkelanjutan

iNews
Ilustrasi kripto. (Foto: Freepik)

Gian Felanroe Pardamean Sitorus
Praktisi Politik, Komunikasi & Ekonomi Digital, Mahasiswa Magister Komunikasi Politik

SELAMA berabad-abad, ekonomi manusia dibangun di atas aset riil (tanah, tambang, minyak, dan hasil bumi). Aset-aset ini menjadi tolok ukur kekayaan, bahkan simbol kedaulatan suatu bangsa. Namun, di balik kemegahan pembangunan ekonomi klasik, kita mewarisi masalah ekologis yang kompleks: deforestasi, pencemaran, ketimpangan, dan konflik sumber daya.

Kini, di tengah kelangkaan aset riil dan tekanan transisi energi, dunia ekonomi sedang beralih mencari nilai baru. Kripto muncul bukan sekadar tren digital atau instrumen spekulatif, tetapi representasi dari paradigma nilai baru: ekonomi yang dibangun di atas algoritma, energi, dan kepercayaan kolektif berbasis jaringan.

Dari Tanah ke Token: Pergeseran Makna Nilai

Nilai dalam ekonomi klasik bersumber dari kemampuan manusia menguasai sesuatu yang berwujud seperti tanah, logam, atau hasil kerja fisik. Namun setelah revolusi digital, kita belajar bahwa nilai bisa hadir tanpa bentuk fisik: data, informasi, reputasi, dan kini, kode.

Kripto adalah simbol konkret dari pergeseran itu. Ia menawarkan “aset” tanpa lokasi geografis, tanpa batas fisik, namun memiliki kelangkaan digital melalui desain algoritmik. Dalam konteks ini, trust (kepercayaan) bergeser dari lembaga ke sistem. Jika ekonomi klasik menuntut kita percaya pada bank, negara, atau kontrak hukum, maka ekonomi kripto menggeser kepercayaan itu ke matematika, kode, dan konsensus jaringan.

Ekonomi yang Lelah oleh Aset Riil

Krisis lingkungan dan sosial yang kita alami saat ini sejatinya adalah cerminan kelelahan model ekonomi berbasis eksploitasi aset riil. Untuk menambah nilai, manusia harus menambang lebih dalam, menebang lebih luas, dan memproduksi lebih cepat.
Namun planet ini punya batas, baik dari sisi sumber daya maupun dukungan ekologis.

Ketika kelangkaan meningkat dan biaya sosial semakin mahal, kapital mencari ruang baru, yang tidak terbatas oleh material, tetapi tetap punya potensi pertumbuhan.

Kripto, bersama kecerdasan buatan dan ekonomi data, menjadi ruang ekonomi baru tempat nilai dapat diciptakan tanpa perlu menambah beban fisik pada alam.

Editor : Maria Christina
Artikel Terkait
Internet
14 hari lalu

Sistem Keuangan Digital Kripto Bergejolak, Bagaimana Keamanannya?

Makro
15 hari lalu

Pajak Kripto hingga Pinjol Tembus Rp42,53 Triliun per September 2025

Keuangan
3 bulan lalu

Siapa Pemilik Coinbase? Bongkar Rahasia di Balik Bursa Kripto Terbesar Amerika

Bisnis
12 bulan lalu

Daftar 10 Miliarder Kripto di Dunia, Nomor 1 Hartanya Tembus Rp967 Triliun

Internasional
1 tahun lalu

Kabosu Anjing Simbol Kripto Dogecoin Mati, Begini Curahan Sang Pemilik

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal