"Tapi by rule tidak bisa, itu keputusan komite. Pendaftaran sudah ditutup, ini sudah aturan yang dikaji oleh Bawaslu, panitia, dan saksi semua partai di dalam ada," ujar PPLN.
Romaito menjelaskan, dirinya bersama sejumlah WNI lain diberitahu bahwa jadwal pemungutan suara berlangsung hingga pukul 18.00 waktu setempat. Dia telah tiba di lokasi sebelum batas waktu yang ditentukan.
"Jadi kita orang Indonesia di sini sangat banyak sekali yang tidak bisa melakukan voting untuk presiden kita di Indonesia. Kita sudah diberikan jadwal sampai jam 6 dan kita datang even before 6 o'clock," kata dia.
Hanya saja, dia tidak bisa menggunakan hak pilihnya dengan berbagai alasan yang dikemukakan pihak PPLN.
"Kita tidak bisa voting dengan so many excuses bahwa kertasnya habis, kita tidak mendapatkan tiket, bla bla bla. Di saat yang sama jadwal yang bersebaran kepada kita, kita masih still have the chance to do the vote before 6 o'clock waktu setempat ini, namun Ketua PPLN-nya tidak mengakomodir suara bangsa Indonesia yang ingin kemajuan di bangsa Indonesia," ujarnya.
Dia pun berharap apa yang menimpanya bersama WNI lain bisa menjadi pelajaran bagi penyelenggaraan pemilu di luar negeri yang lebih baik.
"Jadi ini harus menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia, bagi penyelenggara panitia, yang tidak mampu dan amatir menyelenggarakan election di London," tegasnya.