Terkait dengan capaiannya saat mengikuti sekolah di CGSC, sosok yang rutin puasa Senin dan Kamis itu, Alzaki menerangkan bahwa keinginannya untuk mengikuti program The Master of Military Art and Science (MMAS) dari United States Army University dan Program Master Bussines of Administration (MBA) dari Webster University bersamaan dengan pendidikan di CGSC, tidak direkomendasikan oleh dosennya di sana.
“Saya disarankan fokus menyelesaikan CGSC, karena dihadapkan alokasi waktu dan tuntutan hasil akademik di CGSC yang tinggi, tidak banyak siswa dari AS yang mengambil program MMAS bahkan program kuliah di universitas lainnya,” ujarnya.
Namun setelah mendiskusikan dengan keluarganya dan juga mendapatkan dukungan semangat dari senior dan rekannya, Alzaki pun dengan penuh keyakinan mendaftar dan mengikuti seleksi di program MMAS dan MBA.
“Khusus untuk program MMAS, setahu saya, ketika itu dari TNI AD baru ada tiga orang yang lulus, yaitu Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Letkol Inf Frega Wenas Inkiriwang dan Letkol Inf Nurul Yakin atau sekarang saya sebagai orang keempat,” ucapnya.
“Lalu, dari 300-an siswa yang lolos seleksi penerimaan, akhirnya US Army University hanya memberikan Award Degree kepada 152 Siswa US dan manca negara,” kata Alzaki.
Diungkapkannya, karena sibuk mengerjakan tugas kuliah dari CGSC, US Army University dan Webster University serta mengerjakan tulisan untuk The Simmon Center, pria kelahiran Bukit Tinggi 37 tahun lalu itu, mengaku jika selama itu anak istrinya rela "tidak pesiar" dan tinggal menemaninya di rumah saat libur.
“Tahun ini, dari 1.001 siswa US dan 110 siswa manca negara yang berasal dari 87 negara, lebih dari 75 persennya tidak mengikuti program MMAS maupun universitas lain,” katanya.
“Teman saya Mayor Inf Paulus Panjaitan dan Mayor Arm Delli Yudha yang memilih tidak ikut program tersebut, sangat men-
support saya selama di sana," ujarnya melanjutkan.