JAKARTA, iNews.id - Jenderal Agus Subiyanto resmi disahkan DPR sebagai Panglima TNI dalam rapat paripurna yang digelar Selasa (21/11/2023). Dia menggantikan Laksamana Yudo Margono yang memasuki masa pensiun pada 26 November mendatang.
Dalam perjalanan kariernya yang penuh prestasi, Agus Subiyanto telah membuktikan diri sebagai seorang pemimpin yang tangguh dan teruji. Perannya dalam berbagai tingkat komando dan komando tugas yang melibatkan strategi, operasi dan aspek teritorial militer hingga mengantarkannya menjadi Panglima TNI.
Keberhasilan Agus Subiyanto tidak hanya terletak pada pengalamannya yang luar biasa dalam bidang militer, tetapi juga pada dedikasinya yang tinggi untuk melayani dan melindungi negara. Pengalaman di berbagai posisi militer telah membentuk visi dan pemahamannya tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh Angkatan Darat Indonesia.
Kehidupan Agus sebelum sampai di titik saat ini tidaklah mulus. Berbagai rintangan dihadapi Agus sejak kecil. Bahkan siapa sangka, Agus pernah ditolak saat melamar menjadi satpam sebelum akhirnya menjadi prajurit.
Agus Subiyanto lahir di Baros, Cimahi, Jawa Barat, pada 5 Agustus 1967. Sejak masih kecil, Agus telah banyak melewati masa sulit dalam hidupnya, termasuk saat ditinggal ibu kandung ketika masih berusia 5 tahun. Kemudian dia hidup bersama adiknya dan sang ayah yang memutuskan menikah lagi.
Ayah kandung Agus yang berpangkat Sersan Kepala meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 1984. Sepeninggal sang ayah, Agus kemudian hidup dengan keluarga kecilnya, yakni ibu tiri yang terus merawatnya dan adiknya. Mereka hidup pas-pasan lantaran hanya mengandalkan uang pensiunan dari sang ayah yang sudah meninggal.
Sebelum meninggal, ayah Agus pernah berpesan agar anak sulungnya tersebut diharapkan bisa mengikuti jejaknya sebagai prajurit TNI. Agus pun terus mengingatnya dan mulai mewujudkan harapan sang ayah.
Saat Agus lulus SMA tahun 1986, dia memutuskan untuk mengikuti tes di sekolah Calon Kodam III/Siliwangi. Namun, dia tidak lulus tetapi direkomendasikan mengikuti Sekolah Calon Perwira tanpa tes.
Karena kepolosannya, Agus meninggalkan tawaran tersebut dan memilih untuk melamar pekerjaan sebagai satpam di mal Internusa Bogor dan hasilnya ditolak. Agus kemudian memperjuangkan untuk mendaftar kembali di kemiliteran.
Pada 1988, Jenderal asal Cimahi ini mengikuti tes masuk Akabri. Di tahun tersebut dia dinyatakan lulus dengan nilai terbaik kedua se-Jawa Barat. Setelah pendidikan, Agus pun dinyatakan lulus pada 1991.