Menanggapi hal tersebut, Djaka memastikan bahwa strategi perbaikan dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari perubahan kultur internal hingga modernisasi sistem pengawasan.
“Pastikan mulai dari kultur, meningkatkan kinerja, kemudian meningkatkan pengawasan apakah itu di pelabuhan, di bandara. Tentunya kita akan memperbaiki semua pelayanan. Tentunya masyarakat ketika kita melakukan pelayanan kepada masyarakat, ketika ada ketidakpuasan, sedikit demi sedikit kita akan berupaya untuk memperbaikinya,” kata dia.
Djaka menegaskan, perbaikan pelayanan publik menjadi prioritas agar kepercayaan masyarakat terhadap Bea Cukai dapat dipulihkan.
Dia juga menyatakan bahwa banyak perbaikan sudah berjalan, termasuk pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan untuk mendeteksi praktik under-invoicing di pelabuhan.
“Sudah banyak. Tentunya kita berupaya untuk memanfaatkan teknologi yang saat ini ada, seperti di pelabuhan untuk menghindari under invoice. Kita sudah melakukan upaya untuk menghubungkan dengan AI. Jadi alat-alat yang kita punya kita kembangkan dengan kemampuan AI. Sedikit demi sedikit, walaupun belum sempurna, tapi kita sudah berupaya untuk mengarah ke sana,” tuturnya.
Melalui berbagai langkah tersebut, Djaka ingin memastikan bahwa Bea Cukai bergerak cepat dan serius dalam membenahi internal. Dia menegaskan, pernyataan keras dari Purbaya harus dilihat sebagai pemicu untuk memperkuat integritas dan profesionalisme pegawai Bea Cukai.