JAKARTA, iNews.id - Pakar telematika Roy Suryo heran dengan banyaknya anomali salah angka di Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap). Bahkan, penambahan angka suara bisa fantastis melebihi jumlah pemilih di suatu TPS.
Menurut Roy, tidak heran jika muncul dugaan algoritma sisipan dalam Sirekap di tengah masyarakat.
"Oleh karena itu menjadi tidak aneh kalau banyak sekali anomali seperti seringnya angka salah dipindai misalnya 1 menjadi 7 atau bahkan 4, juga penambahan desimal yang membuat jumlahnya fantastis sampai ribuan, padahal lazimnya 1 TPS hanya berkapasitas 300 orang," kata Roy dalam keterangannya, Sabtu (17/2/2024).
"Tuduhan adanya algoritma sisipan seperti yang disampaikan berbagai pihak pun menjadi tidak bisa dihindari, karena kesalahan ini terjadi secara nyaris seperti TSM (Terstruktur Sistematis Masif) di banyak tempat, tidak hanya hitungan jari," imbuhnya.
Roy mengingatkan, jika pemeriksaan tidak dilakukan secara mendalam maka aplikasi Sirekap dinilai tidak memiliki keabsahan data. Keabsahan data yang dikeluarkan akan selalu dipertanyakan.
Roy menjelaskan, Sirekap yang berbasis OCR (Optical Character Recognizer) dan OMR (Optical Mark Reader) bukan hal baru. Kendati demikian, dia menilai KPU gagal memanfaatkan secara maksimalkan aplikasi tersebut sehingga banyak kesalahan.
"Bagaimana tidak, Sirekap ini belum pernah diuji teknik dan publik secara benar-benar terbuka dan diawasi oleh tim independen," ujarnya.
Sebelumnya, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menemukan sejumlah masalah dalam tata kelola Sirekap. Mereka meminta KPU untuk membuka ruang bagi pihak eksternal melakukan audit.
Peneliti Perludem, Nurul Amalia Salabi menjelaskan, salah satu masalah Sirekap yakni masih sulitnya petugas KPPS mengakses sistem itu pada H-1 pemungutan suara.