Sayembara dimulai pada tanggal 22 Februari dan berakhir pada 30 Mei 1955. Antusias dari masyarakat pun terlihat sangat baik, dengan peserta yang saat itu mencapai 30 orang. Namun dari 30 peserta, hanya 27 orang yang menyerahkan maketnya, dan hanya 22 orang yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dinilai dan dievaluasi oleh dewan juri, maka terpilihlah beberapa pemenang, di antaranya:
Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi KETUHANAN
Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi ISTIGFAR
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi SALAM
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi ILHAM
Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi KHATULISTIWA dan NV. Associatie dengan sandi LIMA ARAB
Hingga akhirnya pada tanggal 5 Juli 1955 terpilihlah Frederich Silaban sebagai pemenang pertama yang dilakukan di Istana Merdeka.
Salah satu yang membuat sejarah Masjid Istiqlal menarik adalah, Frederich Silaban yang menjadi arsiteknya merupakan seorang penganut Protestan.
Rancangan dari Frederich Silaban penuh dengan simbolisasi terhadap perkembangan agama Islam dan sejarah Indonesia. Pilar utama yang berjumlah 12, melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad, 12 Rabiul Awal. Pilar tersebut berdiameter 45 meter sebagai penanda tahun kemerdekaan Indonesia.
Memasuki pembangunan Masjid Istiqlal, prosesnya sepat terjadi beberapa kali, baik permasalahan dana, krisis ekonomi dan politik, bahkan pergantian pemimpin dari Soekarno ke Soeharto juga memiliki andil.
Sampai akhirnya pembangunan dilanjutkan dibawah KH. M. Dachlan yang menjadi Menteri Agama pada saat itu. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Peresmian pun dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam, menandai selesainya 17 tahun pembangunan Masjid Istiqlal dan sebagai penutup dari sejarah Masjid Istiqlal.