JAKARTA, iNews.id – Pidato Presiden Joko Widodo di hadapan relawannya di Sentul Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu, menuai polemik di tengah publik. Namun, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyarankan kepada masyarakat agar sebaiknya melihat pidato Jokowi tersebut secara utuh untuk memahami maksud sesungguhnya.
“Tolong dibaca secara utuh pidato Bapak Presiden (Jokowi), udah itu saja. Kalau dibaca secara utuh jernih, tidak (mengarah kekerasan),” tutur Mendagri Tjahjo usai memantau lokasi pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Senin (6/8/2018).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu enggan menanggapi lebih lanjut pertanyaan wartawan terkait pidato Jokowi. Tjahjo kemudian berlalu meninggalkan Kantor KPU.
Dalam acara rapat umum relawan di Sentul Bogor, Sabtu (4/8/2018) lalu, Jokowi menyerukan kepada relawannya untuk tidak membangun permusuhan, membangun ujaran kebencian, memfitnah dan mencela, serta menjelekkan orang. Namun, kata Jokowi, relawan juga harus berani ketika diajak berantem (berkelahi).
Pernyataan Jokowi tersebut langsung menjadi viral di media sosial (medsos) dan menuai kecaman dari sejumlah kalangan, terutama warganet. Mereka menilai penggunaan diksi "berantem" oleh kepala negara dapat memicu perpecahan di tengah-tengah masyarakat, karena mengarah kepada kekerasan. Namun tidak sedikit pula yang membela mantan wali kota Solo itu.