Sementara itu kasus positif Covid-19 mencatatkan rekor baru dalam satu hari. Tercatat jumlah kasus positif per 3 Desember itu mencapai 8.369 kasus. Dengan demikian akumulasi kasus positif di Indonesia mencapai 557.877 orang.
Dari jumlah penambahan kasus ini, Papua mencatatkan penambahan kasus tertinggi dengan 1.755 kasus, disusul Jawa Barat 1.648 dan DKI Jakarta 1.153. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 62.397 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Selain itu dilaporkan kasus yang sembuh dari Covid-19pada hari ini tercatat bertambah 3.673 orang sehingga total sebanyak 462.553 orang sembuh. Sementara itu jumlah yang meninggal kembali bertambah 156 orang sehingga yang meninggal menjadi 17.355 orang. Adpun saat ini 69.027 orang menjadi suspect Covid-19. Kasus tersebar di 507 kabupaten kota di 34 provinsi.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, penambahan kasus positif memang cukup signifikan. Tingginya penambahan kasus kali ini karena belum optimalnya sistem pencatatan data secara realtime. Penambahan kasus hari ini bukanlah data realtime.
“Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan sistem yang belum optimal untuk mengakomodasi pencatatan, pelaporan, dan validasi data dari provinsi secara real time. Sebagai contoh Papua pada hari ini melaporkan sejumlah 1.755 kasus yang mana merupakan akumulasi penambahan kasus positif sejak tanggal 19 November hingga hari ini,” kata Wiku.
Dia menambahkan, pemerintah Indonesia sedang meningkatkan interoperabilitas data Covid-19. Pasalnya masih ada perbedaan data antara Kemenkes dengan beberapa provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua.
“Kepada pemda yang masih memiliki perbedaan data, kami imbau untuk melakukan konsolidasi data secara langsung dengan pemerintah pusat sesegera mungkin,” katanya.
Dia menyayangkan saat ini terjadi penurunan disiplin penerapan protokol kesehatan. Hal ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan sejak 18 November lalu. Masyarakat cenderung mulai meninggalkan masker dan tak menjaga jarak.
Menurut Wiku, hal itu bermula dari periode libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November 2029. Kemudian berlanjut hingga akhir November 2020.
“Persentase kepatuhan untuk memakai masker ialah 58,32 persen, sedangkan untuk menjaga jarak persentasenya ialah 43,46%. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatans dan kepatuhan tersebut semakin menurun,” ujarnya.