Senda menjelaskan bahwa tantangan Kementerian ESDM dalam mengajak masyarakat sangat berat. Untuk itu, pihaknya juga sedang mengupayakan berbagai opsi demi menekan biaya konversi.
“Kami pernah melakukan survey pada 2020 ketika kami meluncurkan program ini. Dalam survey itu disebutkan masyarakat itu tertarik kalau harganya di bawah Rp5 juta. Saat ini karena harga baterai baik, makanya biayanya sampai Rp15 juta,” ujar Senda.
Berdasarkan hasil dalam melakukan berbagai kajian, Senda menjelaskan sistem tukar baterai menjadi cara yang paling tepat untuk menekan harga. Pasalnya, biaya yang akan dikeluarkan oleh pemohon tidak sampai Rp5 juta.
“Target ke depan kalau investornya berhasil, biaya konversi makin kecil. Kalau dalam beberapa bulan ini ada investor yang bersedia membangun swap battery, masyarakat tinggal membayar Rp2-3 juta saja,” ucapnya.