JAKARTA, iNews.id - Aktivitas matahari berpotensi mencapai puncak dalam siklus yang dapat menyebabkan masalah besar bagi kehidupan di muka bumi pada akhir 2023. Sebelumnya, matahari sempat melepaskan Coronal Mass Ejection (CME) pada 21 Juli 2022.
CME telah melakukan perjalanan melalui Tata Surya dan menciptakan badai geomegnetik kecil saat tiba di Bumi. Ilmuwan memperkirakan aktivitas matahari berikutnya dapat menghantam lebih keras dan lebih cepat dari yang diduga.
Seberapa berbahaya puncak aktivitas matahari ini? Setiap 11 tahun, medan magnet matahari terjerat hingga menghasilkan pembalikan kutub utara dan selatan secara besar-besaran.
Selama periode aktivitas matahari yang meningkat, lebih banyak bintik matahari muncul di permukaan, memicu lebih banyak jilatan api dan badai. Ini berpotensi mengganggu komunikasi, merusak infrastruktur listrik, dan memengaruhi pengoperasian satelit di bumi.
Menurut NASA siklus saat ini disebut sebagai Solar Cycle 25, secara resmi dimulai pada Desember 2019. Saat itu, para ilmuwan memperkirakan siklus matahari mencapai klimaksnya pada 2025, dengan puncak sekitar 115 bintik matahari.
Namun, pengamatan bintik matahari dan fenomena matahari baru-baru ini menunjukkan dapat mencapai puncak lebih cepat dan lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Ini akan mencapai puncak lebih awal dan akan mencapai puncak lebih tinggi dari yang diharapkan," ujar Alex James, fisikawan dari University of College London, Inggris dilansir dari Live Science, Minggu (2/7/2023).
Dia menjelaskan dengan memantau jumlah dan frekuensi bintik matahari, para ilmuwan dapat melacak siklus matahari dan perkembangannya menuju aktivitas maksimal. "Bintik matahari muncul ketika medan magnet yang kuat menembus permukaan Matahari," kata James.
"Dengan melihat bintik-bintik matahari tersebut, kita dapat mengetahui seberapa kuat dan kompleks medan magnet Matahari pada saat itu," ujarnya.