"Kami sekarang memiliki pendekatan baru yang sangat menjanjikan berdasarkan hamburan sinar-X. Eksperimen kami menghasilkan parameter model penting di mana, sebelumnya, kami hanya memiliki ketidakpastian besar. Ini akan menjadi semakin relevan semakin banyak exoplanet yang kami temukan," kata Kraus.
Dalam percobaan sebelumnya, difraksi sinar-X digunakan untuk menyelidiki material. Ini bekerja dengan baik bagi material dengan struktur kristal, tetapi lebih sedikit dengan molekul non-kristal, sehingga gambarnya tidak lengkap.
Dalam percobaan baru, tim menggunakan metode yang berbeda, mengukur bagaimana sinar-X tersebar elektron di polystyrene. Hal ini memungkinkan mereka tidak hanya mengamati konversi karbon menjadi berlian, tetapi juga apa yang terjadi pada sisa sampel.
"Dalam kasus raksasa es sekarang kita tahu karbon hampir secara eksklusif membentuk berlian ketika terpisah dan tidak mengambil bentuk transisi cairan," ujar Kraus.
Ini penting, karena ada sesuatu yang sangat aneh soal Neptunus. Interiornya jauh lebih panas dari yang seharusnya, bahkan, planet mengeluarkan 2,6 kali lebih banyak energi dibanding menyerap Matahari.
Jika berlian, lebih padat dibanding material di sekitarnya menghujani interior planet, mereka bisa melepaskan energi gravitasi, yang diubah menjadi panas yang dihasilkan oleh gesekan antara berlian dan material di sekitarnya. Eksperimen ini ilmuwan tidak perlu menemukan penjelasan alternatif, setidaknya belum untuk saat ini.
"Teknik ini akan memungkinkan kita untuk mengukur proses menarik yang sulit dibuat ulang. Sebagai contoh, kita akan dapat melihat bagaimana hidrogen dan helium, unsur-unsur yang ditemukan di interior raksasa gas seperti Jupiter dan Saturnus, bercampur dan terpisah di bawah kondisi ekstrem ini. Ini adalah cara baru untuk mempelajari sejarah evolusi planet dan planet. sistem, serta mendukung eksperimen terhadap potensi bentuk energi masa depan dari fusi," ujar Kraus.