"Bintang ini mungkin belum punya waktu untuk membentuk planet berbatu yang kecil. Ini memberi kita kesempatan untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi sebelum planet terestrial kita sendiri seperti Bumi dan Venus terbentuk," ujar Barclay.
Sejak pertama kali mengidentifikasi perilaku terang bintang pada tahun 1970-an, para ilmuwan telah bertanya-tanya apakah AU Mic adalah tuan rumah bagi planet-planet.
Pada tahun 2000-an, para astronom mengamati piringan besar debu dan gas yang mengelilingi bintang, sisa dari formasinya. Lalu, pada tahun 2018, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Peter Plavchan, mendeteksi 'sinyal' pertama dari sebuah planet yang mengorbit AU Mic menggunakan pesawat ruang angkasa pemburu planet, TESS.
Pengamatan ini dikonfirmasi oleh NASA Spitzer Space Telescope pada tahun 2019. Jonathan Gagne, seorang penasihat ilmiah di Planetarium Rio Tinto Alcan di Montreal, Kanada, yang juga seorang penulis dalam penelitian ini, mengatakan AU Mic adalah bintang kecil sekitar setengah massa Matahari.
"Bintang-bintang ini umumnya memiliki medan magnet yang sangat kuat, yang membuatnya sangat aktif," kata Gagne, menambahkan bahwa itu akan menjelaskan pembakaran yang diidentifikasi pada tahun 1970-an.
Dia mengatakan, pembakaran alam juga menjelaskan mengapa peneliti membutuhkan waktu hampir 15 tahun pengamatan untuk benar-benar mendeteksi sebuah planet ekstrasurya. "Banyaknya bintik-bintik dan letusan pada permukaan AU Mic menghambat pendeteksiannya, yang sudah rumit dengan kehadiran cakram," kata Gagne.
Dengan menganalisis jumlah cahaya yang diblokir oleh planet AU Mic b saat melewati di depan bintang inangnya, para ilmuwan dapat menghitung ukuran dan periode orbitnya. Dr Barclay, yang juga seorang ilmuwan proyek untuk TESS, mengatakan penurunan dalam kecerahan memberi tahu Anda banyak tentang ukuran sebuah planet.