19 Juli, Konjungsi Bulan-Merkurius
Waktu terbaik untuk menyaksikan fenomena ini adalah ketika fajar sipil (civil dawn) yakni ketika ketinggian Matahari sebesar -6 derajat sekitar pukul 05.30 WIB. Ketika berkonjungsi, Bulan terletak pada jarak 385.000 km dari Bumi dengan diameter tampak sebesar 31 menit busur dan memasuki fase Sabit Akhir. Serangkan Merkurius berjarak 117,2 juta km dari Bumi dengan diameter tampak sebesar 8,6 detik busur.
21 Juli, Fase Bulan Baru
Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada pukul 00.32.44 WIB pada jarak 377.192 km dari pusat Bulan. Diameter tampak Bulan sebesar 31,67 menit busur. Ketinggian Bulan di Indonesia ketika petang hari bervariasi antara 6,5 derajat hingga 8,5 derajat. Hilal dapat diamati menggunakan alat bantu seperti binokular dan teleskop. Baik sebelum Matahari terbit maupun setelah Bulan terbenam, kalian dapat menikmati keindangan langit malam bertabur bintang, planet, serta galaksi Bimasakti.
21 Juli, Oposisi Saturnus
Fenomena ini terjadi ketika Saturnus, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Puncak Oposisi Saturnus terjadi pada pukul 05.33 WIB dengan magnitudo tampak sebesar -0,3. Diameter Saturnus ketika oposisi sebesar 18,53 detik busur.
Oposisi Saturnus dapat diamati dari wilayah Indonesia Barat dari arah barat (tepatnya azimut 250 derajat) selama Matahari belum terbit. Sedangkan untuk wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur hanya bisa mengamati Oposisi Saturnus pada waktu terbaik ketika fajar nautika/bahari sekitar pukul 05.00 WIB waktu setempat.
23 Juli, Elongasi Barat Maksimum Merkurius
Fenomena ini dapat diamati sejak terbitnya Merkurius (pada pukul 04.39 WIB) hingga terbitnya Matahari. Posisi Merkurius berada di dekat Manzilah Alhena (Gamma Geminorium) di Konstelasi Gemini. Merkurius akan berada pada jarak 129,6 juta km dari Bumi. Magnitudo tampak Merkurius sebesar +0,3 dengan iluminasi 37,8% (sabit) dan berdiameter tampak 7,71 detik busur.