Pelintas yang melalui PLBN Motaain rata-rata per hari bisa mencapai 150 orang. Mereka memanfaatkan lintasan tersebut untuk bertemu keluarga antar kedua negara, maupun adanya kegiatan sosial budaya atau upacara adat.
"Timor Leste sekitar 100 sampai 150 orang. Warga Indonesia lebih sedikit, 100 sampai 120 orang. Wisatawan asing cuma satu sampai lima orang," katanya.
Bagi yang membawa kendaraan, ada pos tersendiri yang telah berdiri di sisi kanan dan kiri bangunan zona inti, sehingga memudahkan pemeriksaan lebih detail. "Tentu ada perbedaan gedung lama dan gedung baru. Gedung lama dulu masih satu arah jika ada pemeriksaan kendaraan dan sekarang sudah dipisah," ucap Bagus.
Dengan aktivitas di PLBN Motaain, pengelolaan PLBN Motaain dan PLBN lain, baik di NTT, Kalbar, dan Papua dilakukan oleh BNPP, sebagaimana amanat Perpres no 44 Tahun 2017 ttg BNPP sedangkan Tata Kelola PLBN di atur dalam Peraturan Kepala BNPP No. 7 Tahun 2017 ttg Pedoman Pengelolaan PLBN.
Corporate Sales Supervisor MNC Travel Renny Eka Putri yang mengajak tim media MNC Group didampingi tim BNPP menilai, satu dari dua PLBN yang terbangun ulang di NTT, PLBN Motaain memang yang paling ramai dikunjungi pelintas dan wisatawan. Karena itu, perlu adanya publikasi media kepada masyarakat untuk mengenalkan sisi perbatasan Indonesia-Timor Leste.
"PLBN Motaain merupakan pos perbatasan yang paling ramai dilalui oleh para pelintas batas dibandingkan dengan dua PLBN lagi yang ada di NTT, yaitu Motamasin dan Wini. Karena tidak hanya digunakan para pelintas batas, tapi juga dijadikan destinasi tujuan wisata baru oleh warga. Para pengunjung mulai dari anak-anak hingga dewasa berkerumun untuk berfoto di beberapa titik PLBN Motaain, seperti pintu gerbang utama pelintas yang bertuliskan Indonesia dan taman yang bertuliskan Motaain-Indonesia, serta beberapa titik lainnya. Tentunya peran media di sini sangat penting untuk mengenalkan destinasi wisata perbatasan ini," tuturnya.