“Pada akhirnya capital ini harus bisa menggerakkan kemakmuran masyarakat lokal atau dengan kata lain sebuah festival harus dapat mentransformasikan dari C-1 yaitu Creativities menuju ke C-2 Commercialization atau nilai ekonomi selanjutnya ke C-3 yaitu Commoditization dan C-4 yaitu Capitalization dan berujung ke C-5 yaitu Community Development,” kata Pitana.
Desa Penglipuran dikenal sebagai contoh pertama kali bentuk desa wisata di Indonesia. Desa ini sempat mendapatkan penghargaan Kalpataru. Pada 2016 Penglipuran terpilih sebagai desa terbersih ke-3 dunia versi majalah internasional Boombastic dan pada 2017 mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) 2017 dengan peringkat terbaik untuk kategori pelestarian budaya.
Penghargaan terbaru, Penglipuran dan Pemuteran masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
PVF diselenggarakan setiap akhir tahun dirangkaikan dengan penyambutan tahun baru. Rangkaian kegiatan PVF 2019 antara lain pembukaan yang menampilkan Parade Pakaian Adat Bali Tempo Dulu, Barong Ngelawang, dan Parade Seni Budaya lainnya, serta aneka lomba.
Penyelenggaraan PVF terbukti mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran pada 2018 sebanyak 10.500 wisatawan. Sedangkan pada 2019 ditargetkan akan berkunjung 13.500 wisatawan terdiri dari 2.700 wisman dan 10.800 wisnus.