BANJARMASIN, iNews.id - Pagi ini kami meninggalkan Palangkaraya menuju Banjarmasin. Perjalanan singkat sebetulnya, hanya 200 km dan bisa ditempuh sekitar 4 jam saja. Namun, karena kami berencana melakukan beberapa wisata kuliner di Banjarmasin, maka tim tetap berangkat pagi-pagi.
Dari hotel kami mampir di rumah adat Dayak, di gedung Balai Budaya Eka Tingang Nganderang yang berbentuk Rumah Betang. Tak banyak waktu untuk melihat-lihat, setelah sebelumnya kemarin kami main ke Museum Belanga, rasanya cukup berfoto saja di rumah Dayak ini sambil berpisah dengan kawan-kawan bikers di Palangkaraya.
Puas berfoto kami meninggalkan pusat kota melaju di jalur yang lurus dan panas, dengan ukuran jalan yang tak selebar jalur di Kalimantan Barat. Namun karena mulus dan cenderung sepi, bisa memacu motor lumayan kencang. Sampai di sekitar Kuala Kapuas, jalanan lurus terus menerus. Baru memasuki ibu kota Kabupaten Kapuas ini, kami melihat jalan berdampingan dengan Sungai yang airnya terlihat tenang. Ya, Sungai Kapuas membentang di depan mata.
Itu sebabnya Kuala Kapuas dijuluki sebagai “Kota Air” karena letaknya berada di tepi salah satu sungai besar di Pulau Kalimantan, yaitu Sungai Kapuas sepanjang 610 km dan bermuara di Laut Jawa. Uniknya, Sungai Kapuas ini berbeda dengan Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Dua sungai ini tidak ada aliran yang berhubungan, hanya namanya saja kebetulan sama.
Memasuki kota ini terasa menyenangkan. Siang itu panas terik, namun trotar yang tertata rapi, taman-taman kota yang bersih, dan beberapa warga yang tampak duduk santai melihat ke arah sungai, membuat kami merasa datang ke kota nan damai dan tentram.
Di Jembatan Pulau Telo, saya dan dua kawan berhenti sejenak karena terpisah dari rombongan, untuk mengecek whatsapp dan mencari tahu teman-teman yang lain. Setelah bertanya-tanya, diputuskan kita bertemu dan beristirahat di kafe terapung, sebuah tempat makan di tepian sungai.