Asal usul batik parang
Sebelum mengetahui pelarangan tersebut. Anda harus mengetahui terlebih dahulu mengenai asal usul batik parang. Awal mula dari Pati yang berhasil ditundukkan Putra Adipati Pragola yang bernama Pangeran Suromangunjoyo beserta istri, keponakan, dan pengikut setianya. Dia berhasil melarikan diri dari Giri ke Gresik. Oleh Sunan Giri lalu diberi berbagai ilmu dan ajaran agama.
Kemudian, Pangeran Suromangundjojo meneruskan perjalanan menuju ke hutan, beliau membabat hutan Ngluyu yang kemudian sekarang menjadi Kecamatan Ngluyu.
Hingga pada akhirnya, penduduk di kecamatan ini memiliki mata pencaharian utama petani. Dia menetap di Kecamatan Ngluyu sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di sebelah barat laut Desa Ngluyu yang sampai sekarang kita kenal sebagai makam Mbah Gedong.
Cerita tersebut yang ditulis oleh Supardi Samani ayah dari Bambang Sancoko yang juga keturunan kedelapan Pangeran Suromangundjojo atau Mbah Gedong mengatakan, batik parang merupakan kesukaan Pangeran Suromangundjojo.
Dua jenis batik parang yang disukai oleh beliau yang pertama adalah batik parang rusak dan yang kedua adalah batik parang barong. Namun, terdapat pantangan ketika hendak memasuki Desa Ngluyu ini. Yaitu tidak boleh memakai atau membawa barang yang bermotif batik parang rusak.
Masyarakat baik dari dalam Ngluyu maupun dari luar Kota Ngluyu tetap memaksa untuk melanggar larangan dari Pangeran Suromangundjojo. Mereka yang melanggar pun mengalami hal-hal mistis dan pernah terjadi di Kecamatan Ngluyu.