Tradisi yang Berganti
Sebagai panganan, pada awalnya Roti Buaya tidak untuk dimakan, hanya sebagai simbolisasi saja. Sepasang Roti Buaya yang menjadi seserahan perkawinan akan dipajang hingga hancur dengan sendirinya. Hal itu menjadi representasi harapan, pernikahan yang dilangsungkan akan berlangsung awet hingga akhir hayat.
Akan tetapi banyak pihak yang menilai, hal tersebut sebagai tindakan yang mubazir dan sia-sia. Roti Buaya yang pada awalnya dibuat tawar dengan tekstur yang keras pun kemudian mengalami perubahan, menjadi lebih lembut dan memiliki varian rasa.
Setelah prosesi ijab kabul, Roti Buaya kemudian menjadi santapan yang dibagi-bagikan kepada para tamu khususnya para wanita lajang. Hal ini juga bermakna, kebahagiaan pengantin akan turut serta dirasakan oleh yang lainnya, serta bagi yang belum menemukan jodohnya diharapkan akan segera mendapatkan pasangan dan menjalani pernikahan.
Selain itu, Roti Buaya yang awalnya identik dengan pernikahan tersebut kini menjadi kuliner yang bisa dinikmati kapan saja. Anda bisa menjumpai beberapa toko roti yang menjual Roti Buaya sebagai hidangan, bahkan menjadi cenderamata tatkala berkunjung ke Jakarta.
Resep Membuat Roti Buaya
Lalu bagaimana resep membuat Roti Buaya yang unik dan lezat tersebut? Ini dia bahan dan caranya secara umum