JAKARTA, iNews.id - Usai Pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat mengalami pergeseran. Masyarakat mulai menerapkan gaya hidup sehat, salah satunya dengan membatasi asupan gula.
Perlu diketahui, mengurangi asupan gula merupakan upaya untuk mengendalikan kadar gula darah. Dampaknya dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Misalnya, dapat mengurangi risiko penyakit diabetes hingga penyakit jantung.
Tubuh tetap membutuhkan asupan gula agar tetap sehat. Sebab, gula merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Hanya saja, asupan hariannya perlu dibatasi, sehingga tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh kekurangan. Dikutip melalui American Heart Association (AHA), pria sebaiknya mengonsumsi tidak lebih dari 9 sendok teh gula (36 gram atau 150 kalori) per harinya.
Bagi Wanita, jumlahnya lebih rendah, yaitu enam sendok teh (25 gram atau 100 kalori) per harinya. Berdasarkan rekomendasi tersebut, membatasi gula sebaiknya dilakukan setiap hari untuk menghindari risiko berbagai penyakit serius.
Adapun beberapa manfaat yang didapatkan jika mengurangi asupan gula adalah dapat mencegah diabetes. Kelebihan lemak membuat tubuh kebal terhadap insulin dan pankreas tidak dapat memproduksi cukup untuk memenuhi kebutuhan. Dengan mengurangi gula yang dibarengi olahraga dan mengatur berat badan, risiko untuk terkena diabetes dapat menurun.
Selain itu, membatasi asupan gula juga bermanfaat untuk mencegah perlemakan hati. Perlu diketahui, hati berfungsi untuk metabolisme fruktosa yang bisa menyebabkan akumulasi lemak. Jika mengonsumsi gula secara berlebihan, maka lemak yang dihasilkan oleh hati akan semakin banyak dan menyebabkan hati meradang dan berlemak.
Prof Hardinsyah, selaku Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia mengatakan, pemerintah bersama stakeholder memiliki komitmen mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) bidang pangan dan kesehatan. Di antaranya bertujuan mengentaskan kemiskinan dan kelaparan serta kekurangan gizi (tujuan 1), serta peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk pencegahan obesitas dan penyakit kronik tidak menular melalui peningkatan mutu gizi konsumsi pangan, aktivitas fisik dan perilaku sehat (tujuan 5).
"Dalam mewujudkan tujuan ini, tidak dapat dipungkiri, peran swasta khususnya industri pangan semakin besar dalam mengembangkan produk pangan yang mempertimbangkan aspek gizi dan kesehatan, termasuk bagi mereka yang memerlukan pembatasan asupan gula, di samping aspek citarasa," kata Prof Dr. Hardinsyah, melalui keterangannya belum lama.