Dia menjelaskan, cara pengukurannya dengan metode perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu jumlah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat.
Berdasarkan World Health Organization, untuk orang Asia, apabila hasil BMI-nya di bawah 18,5 maka tergolong kurus, sementara BMI 18,5-22,9 termasuk kategori normal.
"Masyarakat perlu lebih waspada apabila hasil BMI mencapai angka 23,0-24,9 karena sudah termasuk overweight, 25-29,9 termasuk kategori obesitas tingkat I, dan ≥30 dinyatakan obesitas tingkat II," kata dr Marya.
Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, dr. Elvieda Sariwati mengatakan, berdasarkan Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.
"Perubahan gaya hidup selama pandemi seperti konsumsi gula berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik berpotensi meningkatkan risiko obesitas," ujar dr. Elvieda Sariwati.
Menurutnya, obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes. Hampir 90 persen orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas.
dr. Elvieda menambahkan, prevalensi diabetes di tingkat nasional menunjukkan dari 6,9 persen pada 2013, menjadi 8,5 persen pada 2018 dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
"Seperti yang kita ketahui, diabetes dapat menjadi jalan pintas penyakit-penyakit tidak menular lainnya seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan syaraf," kata dr Elvieda.
Dia menjelaskan, dari 10-15 tahun sejak awal terdiagnosa, prevalensi semua komplikasi ini akan meningkat tajam. Tak hanya itu, diabetes juga menjadi salah satu faktor komorbid yang berkaitan dengan peningkatkan tingkat keparahan Covid-19. Pencegahan sedini mungkin adalah solusi terbaik agar terhindar dari dampak fatal diabetes.
"Terapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani Germas dan Cerdik. Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan yang bergizi dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal," kata dia.
Bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional sekaligus Hari Diabetes Sedunia 2021, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengedukasi masyarakat Indonesia melalui Festival Komunitas Beat Obesity 2021.
Kegiatan Festival Komunitas Beat Obesity’ ini merupakan bagian dari kampanye yang telah dijalankan Nutrifood sejak 2013 terkait pentingnya cermati konsumsi gula, garam, dan lemak serta membaca label kemasan.
Program ini bertujuan mengedukasi masyarakat untuk hidup lebih sehat, khususnya di masa pandemi. Masyarakat diminta membatasi asupan gula dan memahami sumber pemanis yang lebih baik agar terhindar dari risiko obesitas dan diabetes.
Sementara itu, Susana, Head of Strategic Marketing Nutrifood menyatakan, dia menyadari pentingnya komitmen yang berkelanjutan dan kolaborasi bersama mitra strategis seperti Kementerian Kesehatan dan Badan POM. Sejak 2013, secara konsisten mengedukasi tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat melalui kampanye Cermati Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak serta Baca Label Kemasan.
"Kami berharap melalui Festival Komunitas Beat Obesity dapat memperluas wawasan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda, komunitas kuliner dan kesehatan, serta masyarakat umum tentang pentingnya batasan konsumsi gula untuk membantu mereka terhindar dari risiko obesitas dan diabetes," katanya.
Susana menambahkan, komitmen Nutrifood dalam mengedukasi hidup sehat juga diterapkan bagi karyawannya sendiri. Sebagai wujud kepedulian kepada karyawan, Nutrifood mengadakan program Beat Obesity untuk membantu karyawan dengan status overweight dan obesitas menjalani program hidup sehat dan penurunan berat badan.