Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 28 Ton Barang Dagangan Hangus Terbakar, Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Rugi Rp100 Juta
Advertisement . Scroll to see content

Bisnis Barang Tak Biasa Ini Nilainya Sentuh Rp9.245 Triliun, Apa Itu?

Senin, 21 Februari 2022 - 07:31:00 WIB
Bisnis Barang Tak Biasa Ini Nilainya Sentuh Rp9.245 Triliun, Apa Itu?
Di dalam gudang Liquidity Service seluas 130.000 kaki persegi di Garland, Texas, Amerika Serikat (AS) dipenuhi dengan barang dagangan yang tidak biasa. (foto: Ilustrasi/Pixabay)
Advertisement . Scroll to see content

TEXAS, iNews.id - Di dalam gudang Liquidity Service seluas 130.000 kaki persegi di Garland, Texas, Amerika Serikat (AS) dipenuhi dengan barang dagangan yang tidak biasa. Barang-barang ini merupakan pengembalian dari Amazon, Target, Sony, Home Depot, Wayfair, dan lain-lain yang semuanya dalam proses dilikuidasi.

Dikutip dari CNBC, pasar likuidasi meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2008, mencapai 644 miliar dolar AS atau setara Rp9.245 triliun pada 2020, menurut data dari Colorado State University.

Asisten Profesor Manajemen Rantai Pasok di Colorado State University Zac Rogers menuturkan, bisnis ini dahulu banyak dikendalikan oleh mafia. 

"Ini cara yang baik untuk menyembunyikan uang, jujur, karena tidak ada yang melihat pengembalian. Terutama 40 tahun yang lalu, tidak ada yang melihat pengembalian (barang)," ujar Rogers dikutip, Senin (21/2/2022).

Konsultan Alix Partner, Sonia Lapinsky menuturkan, likuidator datang dan mereka membeli semua produk tersebut dalam jumlah besar. Mereka kemudian mengemasnya, membuat palet dan menjualnya kembali, baik untuk dijual kembali di situs seperti eBay atau Poshmark, atau ke konsumen individu. 

"Jadi itu berubah menjadi bagian industri yang jauh lebih besar daripada yang pernah kita lihat sebelumnya,” ucap Lapinsky.

Pada 2021, terdapat rekor 16,6 persen dari semua barang dagangan yang terjual dikembalikan, atau naik dari 10,6 persen pada 2020, menurut Federasi Ritel Nasional. Untuk pembelian online, tingkat pengembalian rata-rata bahkan lebih tinggi, yaitu 20,8 persen, naik dari 18 persen pada tahun 2020. 

Menurut perusahaan solusi pengembalian Optoro, memproses pengembalian dapat membebani pengecer hingga 66 persen dari harga asli barang.

Tak hanya itu, terdapat juga biaya lingkungan yang besar terkait pengembalian barang. Pengembalian yang tidak dilikuidasi sering dihancurkan dengan dibakar atau dikirim ke tempat pembuangan sampah. Optoro memperkirakan pengembalian AS menghasilkan sekitar 16 juta metrik ton emisi karbon dan menghasilkan hingga 5,8 miliar pon limbah TPA setiap tahun.

Setahun setelah diluncurkan pada 2000, Liquidation.com melakukan penjualan besar pertamanya, yaitu kapal laut senilai 200.000 dolar AS untuk negara bagian Georgia. Pada tahun 2006, perusahaan tersebut go public dengan nama baru Liquidity Service. Sahamnya mencapai puncaknya pada tahun 2012, cenderung menurun selama tujuh tahun ke depan, kemudian melihat kebangkitan selama pandemi Covid.

Liquidity Service tetap menjadi satu-satunya likuidator utama yang diperdagangkan secara publik. Pemain besar lainnya adalah B-Stock Solutions, yang menjalankan pasar likuidasi bermerek untuk klien besar seperti Amazon, Walmart, Home Depot, dan Costco. 

Liquidity Service menjual barang yang dikembalikan di berbagai pasar. Ada Liquidation.com di mana palet pengembalian dan beberapa item individual dilelang ke penawar tertinggi, Secondipity untuk penjualan langsung item individual, dan GovDeals untuk beberapa item yang sangat tidak biasa.

Liquidity Service juga menangani surat dan paket yang tidak diklaim untuk Layanan Pos AS, kendaraan militer yang tidak dapat digunakan, dan barang-barang yang tertinggal di pos pemeriksaan TSA, seperti 14 pon berbagai macam pisau.

Ketika kedatangan barang elektronik, banyak pengembalian tiba dalam keadaan rusak dan tidak dapat langsung kembali untuk dijual kembali. Liquidity Service memperbarui ratusan TV setiap hari yang dijual dengan harga 60-70 persen dari harga aslinya. Elektronik yang diperbaharui telah mendapatkan popularitas karena backlog rantai pasokan menyebabkan kekurangan barang baru. 

Headphone dan TV peredam bising yang diperbaharui sangat diminati, dan juga barang-barang yang diperbaharui bernilai jutaan dolar, seperti mesin yang digunakan untuk membuat microchip.

“Kami telah melihat perusahaan Fortune 500 mengakses peralatan bekas di pasar kami karena waktu pengiriman lebih singkat dalam ekonomi sirkular daripada menghasilkan barang yang baru diproduksi, meletakkannya di kapal, mengangkut melintasi lautan, ke pelabuhan yang kemungkinan macet untuk enam hingga delapan bulan,” ucap CEO Liquidity Services, Bill Angrick.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut