Ekonom Sebut Warisan Utang Jokowi Ugal-ugalan, Prabowo Diminta Waspada
Bahkan, kata Didik, Faisal Basri juga mengeritik program hilirisasi, di mana sumber masalahnya terletak pada deindustrialisasi. Hilirisasi menurut Faisal Basri sebaiknya diformatkan menjadi industrialisasi.
“Industri ini yang paling jeblok saat BMP (Bobot Manfaat Perusahaan) turun di bawah 50 persen, dan tidak ada kebijakan industri sehingga mustahil untuk tumbuh 6-7 persen, apalagi 8 persen,” ucap Didik.
“Target pertumbuhan ekonomi yang 8 persen menurut Faisal Basri adalah target yang Ngawur. Kiranya hal itu adalah isu paling penting, tetapi selama industri jeblok maka jangan harap ekonomi akan tumbuh dengan baik” tutur dia.
Terakhir, ia juga mengingatkan defisit neraca transaksi berjalan yang kalah jauh dari Vietnam dan juga nyaris disalip Bangladesh.Tak hanya itu, masalah pembangunan infrastruktur contohnya, seperti kereta api cepat, disampaikan melalui Didik bawa Faisal Basri pernah mengungkapkan bahwa terburuknya sampai kiamat pun tidak akan bisa lunas.
Sementara itu, diskusi “Melanjutkan Kritisisme Faisal Basri: Memperkuat Masyarakat Sipil, Mengawasi Kekuasaan” diadakan bekerjasama dengan Universitas Diponegoro, Universitas Paramadina, LP3ES, INDEF dan KITLV Leiden.
Editor: Puti Aini Yasmin