Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

Harga Minyak Mentah Anjlok 7 Persen dalam Sepekan, Ini Penyebabnya

Sabtu, 19 Oktober 2024 - 06:36:00 WIB
Harga Minyak Mentah Anjlok 7 Persen dalam Sepekan, Ini Penyebabnya
Harga minyak mentah turun pada perdagangan akhir pekan dan anjlok lebih dari 7 persen dalam sepekan. (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

HOUSTON, iNews.id - Harga minyak mentah turun pada perdagangan akhir pekan dan anjlok lebih dari 7 persen dalam sepekan. Ini disebabkan pertumbuhan ekonomi China yang melambat dan penilaian investor terhadap situasi di Timur Tengah.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 1,39 dolar AS atau 1,87 persen menjadi 73,06 dolar AS per barel pada akhir pekan. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup di 69,22 dolar AS per barel, turun 1,45 dolar AS atau 2,05 persen.

Dalam perdagangan sepekan, Brent ditutup turun lebih dari 7 persen, sementara WTI turun sekitar 8 persen sekaligus menandai penurunan mingguan terbesar sejak 2 September, ketika OPEC dan Badan Energi Internasional memangkas perkiraan permintaan minyak global pada tahun 2024 dan 2025.

Ekonomi China, importir minyak terbesar dunia, pada kuartal III 2024 tumbuh paling lambat sejak awal 2023, meskipun konsumsi September dan output industri mengalahkan perkiraan.

"China adalah kunci dari sisi permintaan persamaan sehingga sangat membebani harga di sini hari ini," ucap Mitra di Again Capital, John Kilduff dalam keterangannya dikutip, Sabtu (19/10/2024).

Output kilang China menurun untuk bulan keenam berturut-turut karena margin penyulingan yang tipis dan konsumsi bahan bakar yang lemah membatasi pemrosesan.

Analis Energi Independen, Neil Atkinson menyebut masifnya kendaraan listrik di China merupakan salah satu faktor menurunnya permintaan minyak mentah. Penjualan kendaraan listrik di negara tersebut melonjak 42 persen pada bulan Agustus dan mencapai rekor tertinggi lebih dari 1 juta kendaraan.

"Ada berbagai faktor yang berperan di sini, kelemahan ekonomi di China tetapi juga pergerakan menuju elektrifikasi transportasi," tutur Atkinson.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut