Kebangkrutan FTX Disebut Bisa Jadi Sinyal Kematian Kripto
NEW YORK, iNews.id - FTX, salah satu platform pertukaran mata uang kripto terbesar di dunia mengalami masalah besar. Perusahaan yang pernah bernilai 32 miliar dolar AS itu mengajukan kebangkrutan pada Jumat (11/11/2022).
FTX mengajukan kebangkrutan setelah bursa kripto pesaingnya, Binance mundur dari rencana akuisisi. Pendiri FTX, Sam Bankman-Fried atau SBF juga telah mengundurkan diri pada hari yang sama saat mengajukan kebangkrutan.
Kekayaannya yang bernilai miliaran dolar AS musnah dalam semalam karena platform pertukaran kripto miliknya berada di ambang kehancuran.
"Jatuhnya FTX bisa menjadi momen yang benar-benar awal penurunan yang lebih luas, bahkan mungkin kematian mata uang kripto," kata reporter senior di Bankrate James F Royal, dikutip dari CNBC International, Senin (14/11/2022).
Sementara itu, menurut laporan Reuters, CEO Binance Changpeng Zhai atau CZ awalnya berinvestasi di FTX pada 2019, tetapi kemudian menjual saham pengendalinya pada 2021. Zhao dibayar sekitar 2,1 miliar dolar AS dari FTT, token kripto asli yang memberi pengguna akses ke platform perdagangan FTX.
Menurut CoinDesk, neraca yang bocor mengungkapkan bahwa nilai perusahaan perdagangan kripto Bankmand-Fried, Alameda Research sangat bergantung pada nilai FTT. Jadi ketika Zhao mengumumkan akan melikuidasi sisa FTT yang diperdagangkan pada 6 November 2022 lalu, hal itu memicu kekhawatiran di kalangan investor bahwa FTX tidak akan bisa membayar utangnya.
Banyak yang mulai menarik dana mereka, yang menyebabkan penurunan harga FTT sebesar 72 persen. Saat harga FTT turun, nilai aset FTX yang terkait dengannya juga ikut susut.