Melihat Jantung Kendali Tambang Bawah Tanah PT Freeport Indonesia: Canggih, Kompleks, bak Main Game
Tidak semua operator mengendalikan loader, ada pula yang berperan mengoperasikan alat berat jenis pemecah batu (rock breaker) dan kereta. Prinsipnya sama, bekerja dari jarak jauh. Para operator ini bekerja siang-malam alias 24 jam dengan sistem shift. Menariknya, sebagian besar atau sekitar 60 persen merupakan perempuan.
Senior Vice President Underground Mine PTFI Hengky Rumbino menuturkan, keberadaan para operator tersebut bagian dari mitigasi risiko. Sebab, semakin lama, tambang semakin dalam. Sementara, tantangan underground mine jauh lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan tambang permukaan.
“Pertama, tingginya debu silika. Kemudian, lumpur basah. Anda bisa bayangkan materi tambang itu seperti odol, kalau dipencet bisa ke mana-mana dengan kecepatan tinggi. Ini yang bisa membahayakan pekerja seperti tertimbun material. Untuk kenapa dikembangkan teknologi nirawak ini,” kata dia.
Belum lagi bahaya longsor atau reruntuhan, gempa bumi maupun gas beracun. “Jadi kalau dulu driver mengontrol dari dalam kendaraanya, ini seperti memindahkan. Driver dari jarak jauh, kendaraan ada di bawah tanah,” ucap putra asli Papua asal Wamena ini.
Hengky menuturkan, untuk menggali potensi mineral tambang di GBC saat ini lebih dari 40 LHD dioperasikan. Kendaraan ini hilir mudik mengangkut batuan bijih dari setidaknya 2.416 drawpoints. Penambangan bawah tanah ini juga direncanakan bakal digunakan ketika mengeksploitasi area Kucing Liar pada 2026.