Menjelajah PT IMIP, Jantung Hilirisasi Nikel Dunia di Morowali
MOROWALI, iNews.id - “Apa jadinya dunia tanpa adanya nikel?”. Tulisan warna hitam itu terpampang di dinding hall Museum Industri Nikel, Morowali. Kalimat tanya itu ditulis dalam tiga bahasa: China, Indonesia dan Inggris.
Persis di bawah tulisan terdapat layar LED yang memutar video tentang proses pengolahan nikel, dari ore (biji nikel) hingga produk turunan mulai nickel pig iron (NPI), feronikel, MHP dan lainnya.
Museum nikel pertama dalam sejarah Indonesia ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Sepenggal pertanyaan ruang pertama museum itu sepintas terkesan sepele.
Namun, menjejak bagian demi bagian PT IMIP seperti menegaskan dunia memang tak bisa lepas dari nikel. Lebih dari itu, jutaan manusia menggantungkan hidup dari industri nikel.
Titi mangsa IMIP dimulai pada 2013. Ketika itu perusahaan Indonesia, Bintang Delapan Group dan PT Sulawesi Mining Investment bersama korporasi asal China, Tsingshan Holding Group meneken nota kesepahaman untuk mendirikan perusahaan patungan IMIP. Penandatanganan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden China Xi Jinping di Jakarta. Industri resmi beroperasi pada 2015.
“Pada 29 Mei 2015 Presiden Jokowi (Joko Widodo) meresmikan smelter nikel pertama Sulawesi Mining Investment,” ujar Managing Director PT IMIP Hamid Mina dalam pertemuan dengan pemimpin media nasional di Tsingshan Wisma IMIP, Morowali, Rabu (17/1/2024). Hadir dalam diskusi tersebut antara lain Direktur Operasional Irsan Widjaja dan Direktur Komunikasi Emilia Bassar. Pertemuan juga diisi dengan company visit.
Satu dekade terlewati, IMIP menjelma menjadi kawasan industri terintegrasi terbesar di Indonesia. Luas kawasan saat ini mencapai 5.000 hektare dan sedang dikembangkan menuju 6.000 hektare. Sebanyak 54 industri berada di tempat ini. Selain SMI sebagai pabrik pertama, terdapat pula PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), PT Indonesia Guang Ching Nickle and Stainless Steel Industry (GCNS), PT QMB New Energy Materials (QMB) dan lainnya.
Puluhan industri itu belum termasuk fasilitas pendukung mulai pelabuhan (terminal khusus) dengan kapasitas sampai dengan 150 juta ton/tahun, power plant dengan kapasitas 5.319 MW. Pembangkit listrik itu akan terus dikembangkan. Saat ini power plant berkapasitas 1.520 MW juga sedang tahap pembangunan. Selain itu terdapat pula bandara khusus dan ketersediaan air baku hingga 6.000 liter per detik.

Hawa panas menyergap ketika langkah kaki memasuki area smelter GCNS. Bukan hal mengejutkan karena siang itu proses produksi berlangsung. Meski jarak kaki dengan tungku peleburan lebih dari 10 meter, atmosfer membara terasa membekap tubuh.
Wajar karena api dengan ribuan derajat Celsius sedang menanak tungku untuk meleburkan ore nikel untuk selanjutnya berproses hingga menjadi baja nirkarat atau stainless steel.
Smelter itu hanya salah satu di antara sekian di IMIP. Di GCNS kapasitas produksi NPI mencapai 600.000 metrik ton dan stainless steel slab mencapai 1 juta metrik ton. Produk NPI tidak hanya domain GCNS. PT SMI, ITSS, IRNC, Hengjaya hingga PT Bukit Smelter Indonesia juga menghasilkan.