Hindari Kerugian, Proyek LRT Jakarta Disarankan Tak Dilanjutkan
Selain koridor yang sangat pendek, masyarakat di wilayah Timur Jakarta dinilai lebih memilih moda transportasi lain seperti TransJakarta yang lebih murah dan terjangkau dibandingkan menggunakan memilih LRT.
"Dari awal sudah saya kritisi saat dibangun. Saya selalu tanya yang naik siapa? Cuman segitu buat apa, itu kan belum selesai, kan gak diteruskan, mana ada yang mau naik. Lebih baik naik sepeda. Terus tiketnya berapa, itukan mahal kereta buatan Korea Selatan. Terus yang mau naik siapa? Balik pokok kapan? Minta subsidi? Kan dari awal saya sudah tanya seperti itu, cari saja di data digital saya. Sudah ngomong itu," ucapnya.
Saat ini, tingkat okupansi penumpang tidak sesuai target. Angka itu jauh dari rencana awal Pemprov DKI Jakarta saat sebelum moda transportasi integrasi itu dibangun sejak 2015 silam. Rencana awal, okupansi diproyeksikan mampu membawa 14.000 penumpang per hari.
Manajemen PT LRT Jakarta menilai, tingkat keterisian yang tercatat minim itu akibat Pemerintah Pusat memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat pandemi Covid-19 berlangsung. Sebelumnya, kereta mengangkut 900 penumpang dalam sehari.
Editor: Ranto Rajagukguk