6 Penyebab Penduduk di Asia Timur Terancam Resesi Seks, Salah Satunya Sibuk Kerja
4. Tingginya tuntutan pekerjaan
Alasan lain yang juga berpengaruh besar terhadap resesi seks di China adalah adanya budaya kerja 9-9-6. Artinya, pegawai dituntut bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, selama enam hari dalam seminggu.
Budaya kerja tersebut paling terlihat di perusahaan-perusahaan digital yang besar. Para pekerja di sana merasa tidak bebas untuk memulai sebuah keluarga. Kelelahan dan stres akibat jam kerja yang panjang juga bisa menurunkan gairah seksual.
5. Seks yang menyakitkan
Berdasarkan sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington, menyebut bahwa penurunan aktivitas seksual dapat terjadi karena seks yang menyakitkan.
Dalam studinya, Herbenick mengungkap bahwa 30 persen perempuan terakhir kali mengalami rasa sakit saat mereka melakukan hubungan seks vaginal. Sementara itu, sebanyak 72 persen terakhir kali mengalami rasa sakit ketika mereka melakukan seks anal.
6. Menemukan kesenangan dengan cara lain
Melansir dari The Atlantica, Kate menjelaskan bahwa dari tahun 1992 hingga 1994, pria Amerika Serikat (AS) lebih memilih masturbasi dibandingkan melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.
Dalam laporan itu, dijelaskan bahwa masturbasi pada pria dewasa meningkat dua kali lipat, menjadi 54 persen. Sementara pada perempuan, masturbasi meningkat lebih dari tiga kali lipat, menjadi 26 persen.
Bahkan, tidak hanya terjadi di AS, menurut artikel Economist, kaum remaja di Jepang memandang seks sebagai 'mendokusai', atau aktivitas melelahkan. Mereka lebih memilih untuk pergi ke toko onakura, yaitu tempat pria membayar untuk masturbasi di depan karyawan perempuan.
Editor: Siska Permata Sari