Heboh Kandungan BPA Disebut Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan, Dokter Ungkap Fakta Ini!
Isu Bahaya BPA bagi Kesehatan
Dijelaskan oleh Dokter spesial penyakit dalam, Laurentius Aswin Pramono, pedoman dunia kedokteran dan kesehatan yaitu evidence-based medicine (kedokteran berbasis bukti). Tingkat tertinggi dalam pembuktian ilmiah yaitu studi meta-analisis. "Studi meta-analisis mengkompilasi berbagai hasil penelitian lalu dianalisis lagi untuk melihat bagaimana hasil-hasil studi yang ada,” kata ahli endokrin-metabolik ini.
Dia melanjutkan, sintesis data harus berbasis penelitian pada manusia, bukan di laboratorium pada hewan coba. “BPA diberikan secara sengaja dalam dosis yang sangat besar sehingga menimbulkan risiko kesehatan pada hewan coba,” kata dokter Aswin.
BPA tidak masuk ke guideline manapun sama sekali. “Belum ada konsensus BPA menyebabkan diabetes atau kanker. Belum ada sama sekali. Belum ada bukti (penelitian ilmiah) pada manusia. Yang ada hanya penelitian di lab dengan hewan coba,” katanya.
Hal senada disampaikan oleh Prof Nugraha. Menurutnya, studi-studi terkait BPA belum konsisten dan belum cukup kuat. Dia menambahkan, penelitian di Makassar menemukan, uji migrasi dari BPA pada kemasan pangan berkisar antara 0,0001 – 0,0009 mg/kg, jauh dari batasan BPOM 0,05 mg/kg.
“Selain itu, temuan yang dilakukan oleh peneliti ITB mengemukakan, BPA tidak terdeteksi pada galon dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasilnya tidak terdeteksi melalui alat yang paling sensitif sekalipun,” katanya.
Adapun TDI (tolerable daily intake) yang ditetapkan yaitu 4 mg/kg BB. Jadi misal berat badan (BB) 75 kg, maka batas asupan harian BPA maksimal yaitu (4 x 75) = 300 mg. Sekalipun air minum terpapar oleh BPA, kadarnya hanya 1/1.000 bagian. “Butuh 10.000 liter air dalam sekali minum untuk bisa mendapatkan kadar BPA yang melebihi ambang batas aman. Itu kan hal yang mustahil,” ujar dokter Aswin.