9 Pidato Singkat tentang Keistimewaan Bulan Ramadhan, Simak Yuk!
Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, ‘Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan), Nabi saw biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk 10 hari terakhir, beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR Ahmad).
Ungkapan ‘mengencangkan sarung’ pada hadits di atas adalah bahasa kiasan yang menunjukkan Nabi mengurangi tidur bersama istri pada malam 10 hari terakhir Ramadhan demi lebih banyak beribadah.
2. Mengajak Orang Lain Qiyamullail
Tidak saja dengan menggiatkan diri beribadah, kita juga dianjurkan mengajak orang lain untuk bersama menghidupkan malam 10 hari terakhir Ramadhan. Dalam konteks keluarga, suami bisa membangunkan istrinya. Dalam konteks yang lebih luas, seorang ustadz atau kyai bisa mengkoordinir jamaahnya untuk bersama hidupkan malam mulia ini.
Dasar kesunahan ini adalah hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah berikut,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya, “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan), Nabi mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR Bukhari dan Muslim)