Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Menhub Luncurkan Buku Biografi, Luhut Kenang Momen Bersama Rampungkan Kereta Cepat hingga FIR
Advertisement . Scroll to see content

Biografi Ali bin Abi Thalib, Khalifah Pemberani Bergelar Karramallahu Wajhah

Minggu, 07 Februari 2021 - 16:55:00 WIB
Biografi Ali bin Abi Thalib, Khalifah Pemberani Bergelar Karramallahu Wajhah
Ilustrasi kisah Khalifah Ali bin Abi thalib. (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat dalam periode Khulafaur Rasydin. Khalifah Ali menggantikan posisi Sayyidina Utsman bin Affan.

Sayyidina Ali merupakan putra dari paman Nabi SAW, Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Sedangkan Ibundanya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab.

Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan Ummu Hani’ dan Jumanah.

Beberapa kalangan ulama berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lahir pada tahun ke 10 sebelum Nabi Muhammad SAW memulai kenabiannya atau pada sekitar tahun 599 atau 600 Masehi . Pada saat lahir, sebenarnya Ali bin Abi Thalib bernama Haydar bin Abu Thalib yang artinya singa dari keluarga Abu Thalib, namun Rasulullah SAW tidak begitu menyukai nama tersebut dan beliau SAW memanggilnya dengan nama Ali yang memiliki arti “yang tinggi derajatnya disisi Allah”.

Sayyidina Ali merupakan pemuda pertama dari kalangan kaum Quraisy yang masuk Islam. Ali juga yang menggantikan posisi Rasulullah SAW di tempat tidurnya saat Nabi SAW hijrah. 

Sayyidina Ali juga sekaligus menantu Rasulullah SAW karena dinikahkan dengan putri kesayangan Bagina Nabi SAW yakni, Fatimah yang sangat sederhana kehidupannya.

Ali bin Abi Thalib adalah laki-laki berkulit sawo matang, bola mata beliau besar dan agak kemerah-merahan. Untuk ukuran orang Arab, beliau termasuk pendek, tidak tinggi dan berjanggut lebat. Dada dan kedua pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 25).

Setelah Rasullulah SAW wafat, kepemimpinan umat islam dipegang oleh Khulafair Rasyidin. Setelah peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, masyarakat Arab kemudian meminta dan membaiat Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pemimpin bagi mereka.

Kepemimpinan Ali adalah layaknya kepemimpinan Umar bin Khatab yang keras dan disiplin. Ada beberapa hal yang dilakukan Ali saat masa pemerintahannya yang berlangsung selama lima tahun yakni dari tahun 656 – 661 M, antara lain menghapus nepotisme dan memperluas pengaruh Islam ke dunia luar.

Ali bin Abi Thalib wafat saat usianya menginjak 63 tahun dan diketahui bahwa beliau meninggal karena dibunuh oleh Abdurrahman Bin Muljam yang merupakan anggota dari Khawarijmi atau kaum pembangkang pada tanggal 19 ramadhan, dan akhirnya Ali bin Abi Thalib RA menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan pada tahun ke 40 hijriyah.

Ali Bin Abi Thalib adalah sahabat Rasul yang memiliki kedudukan di sisi Allah SWT karena kebaikan akhlak dan budi pekertinya.

Pemberani

Ali bin Abi Tholib dikenal sebagai sosok pemberani. Saat Perang Khaibar, Rasulullah hendak memberikan bendera komando perang kepada seseorang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demi Allah, akan aku serahkan bendera ini esok hari kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui dirinya.” 

Maka semalam suntuk orang-orang (para sahabat) membicarakan tentang siapakah di antara mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Keesokan harinya, para sahabat mendatangi Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?”

Dijawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Rasulullah memerintahkan, “Panggil dan bawa dia kemari.” Dibawalah Ali ke hadapan Rasulullah, lalu beliau meludahi kedua matanya yang sakit seraya berdoa untuknya.

Seketika Ali sembuh total seolah-olah tidak tertimpa sakit sebelumnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan bendera kepadanya. Lalu Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita.”

Rasululah bersabda, “Majulah dengan tenang, sampai engkau tiba di tempat mereka. Kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah member petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih berharga bagimu daripada memiliki onta-onta merah.” (HR. Muslim no. 4205).

Saat perang khandaq, Ali bin Abi Tholib juga tak gentar berduel satu lawan satu dengan musuh.

Saat itu, Amr ibnu Abdu Wadd Al-Amiri,  pendekar penunggang kuda yang terkenal sejak zaman Jahiliah bersama sejumlah pasukan berkuda meloncati parit itu hingga sampai di bagian posisi pasukan kaum muslim.

Maka Rasulullah SAW menyerukan kepada pasukan berkuda kaum muslim untuk menghadapinya. Tetapi dilaporkan kepada Nabi SAW bahwa tiada seorang pun dari pasukan kaum muslim yang berani menandinginya. Maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada sahabat Ali ra untuk menghadapinya. 

Lalu Ali ibn Abi Thalib keluar menandinginya, keduanya terlibat dalam pertempuran selama sesaat, dan pada akhirnya sahabat Ali ra berhasil membunuhnya. Peristiwa ini merupakan pertanda akan datangnya pertolongan dari Allah dan kemenangan.
Bergelar Karramallahu Wajhah

Sayidina Ali digelari atau didoakan dengan karromallahu wajhah karena dua alasan:
1. Wajahnya tidak pernah bersujud kepada selain Allah SWT sejak sebelum memeluk Islam

2. Mata Sayidina Ali tidak pernah melihat kemaluan sendiri, lebih-lebih milik orang lain. Walupun beliau istinja', beliau berusaha memalingkan wajahnya untuk tidak sampai melihat kemaluannya.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut