Kisah Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Pendeta Nasrani Buhaira
Andaikata diketahui oleh orang Yahudi, bahwa anak inilah yang menjadi Rasul di kemudian hari, tentulah mereka berusaha untuk membunuhnya. Orang Yahudi mempunyai sifat busuk hati, dan mereka menginginkan orang yang menjadi Rasul itu hendaknya dari kalangan Bani Israil saja, jangan dari bangsa lain (Arab).Berita tentang diri Nabi Muhammad Saw.
Bahwa ia akan menjadi pemimpin dunia dan Nabi diperkuat dengan tanda-tanda waktu kelahirannya. Tanda-tanda tersebut diperkuat juga oleh penjelasan pendeta Buhaira.
Keajaiban awan ini sangat terkenal dan telah disaksikan oleh banyak orang termasuk Maisarah di saat pergi bersama Muhammad SAW ke daerah Syam membawa dagangan Khadijah, demikian juga Khadijah, pembantu-pembantu wanitanya, dan lainnya.
Tanda kenabian yang satu ini disebut dengan Khatam An-Nubuwwah yang dia bawa sejak lahir. Khatam An-Nubuwwah artinya stempel kenabian. Tanda ini adalah tahi lalat berwarna hitam kekuning-kuningan. Sebahagian ulama mengatakan disitu tertulis “Muhammad rasul utusan Allah.
Selain keajaiban awan, tanda ini telah membuat pendeta Buhaira menyuruh Abu Thalib yang sedang berdagang di Syam untuk segera membawa Muhammad Saw pulang ke Makkah. Sebab, dia khawatir jikaorang-orang Yahudi yang mengetahuinya akan membunuhnya karena iri.
Tanda ini juga yang dicari oleh seorang shahabat berkebangsaan Persia, Salman Alfarisy atas wasiat dari seorang pendeta Kristen Umuriyah, Wilayah Romawi.Tanda ini pula yang diselidiki oleh Tanukhi atas perintah raja Romawi Timur, yang pada akhirnya membuatnya masuk Islam.
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Tholib segera membawa Muhammad pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Tholib tidak pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.
Jalur yang dilewati kafilah Abu Tholib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.