Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kisah Anjing dalam Al Qur'an yang Diabadikan di Surat Al Kahfi 
Advertisement . Scroll to see content

Surat Al Kahfi Juga Disebut Ashabul Kahfi yang Artinya Para Penghuni Gua, Begini Kisahnya

Jumat, 11 November 2022 - 14:46:00 WIB
Surat Al Kahfi Juga Disebut Ashabul Kahfi yang Artinya Para Penghuni Gua, Begini Kisahnya
Surat Al Kahfi juga disebut Ashabul Kahfi (Foto: Turkeys Tour)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Surat Al Kahfi juga disebut Ashabul Kahfi yang artinya adalah para penghuni gua. Surat Al Kahfi sendiri merupakan surat ke-18 dalam Al Quran yang terdiri dari 110 ayat.

Surat ini tergolong surat Makkiyah karena diturunkan ketika sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Surat ini berisi tentang beberapa kisah yang mengandung nilai-nilai penting dalam Islam.

Oleh sebab itu, membaca surat Al Kahfi sangat dianjurkan. Surat ini memiliki banyak keutamaan dan manfaat, salah satunya dilindungi dari fitnahnya Dajjal.

Lantas, mengapa surat ini disebut dengan Ashabul Kahfi? Jawabannya tidak lain adalah karena surat ini menceritakan tentang kisah tujuh pemuda yang ditidurkan oleh Allah selama ratusan tahun di dalam gua.

Kisah tersebut secara khusus jelas disampaikan pada ayat 9 - 26. Dalam ayat tersebut, Allah mengabarkan tentang tujuh pemuda yang melarikan diri untuk menyelamatkan keimanan mereka dari kaumnya dari fitnah, dan menjauh dari kaumnya menuju sebuah gua di gunung tersembunyi.

Kisah Ashabul Kahfi dalam Surat Al Kahfi

Kalangan Mufassirin, baik dari golongan ulama Salaf maupun Khalaf, mengatakan bahwa mereka para pemuda yang dimaksud itu terdiri atas anak-anak para pembesar Kerajaan Romawi yang dipimpin Raja Decyanus.

Disebutkan, pada suatu hari mereka sedang keluar menuju tempat perayaan kaumnya. Kaum tersebut adalah para penyembah berhala, thaghut, dan selalu mengadakan korban penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka.

Ketika mereka mengetahui apa yang dilakukan oleh kaumnya tersebut adalah bersujud dan melakukan sesembahan pada berhala, maka para pemuda yang tidak saling kenal itu meloloskan diri masing-masing.

Pada mulanya seorang dari mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain yang ikut bergabung dengannya, kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal di antara sesama mereka.

Masing-masing dari mereka awalnya saling menutup diri dari yang lainnya. Hingga akhirnya, salah seorang dari mereka memberanikan diri mengatakan:

"Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya masing-masing."

Yang lainnya mengatakan, "Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang dia katakan," dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka semua sepakat dalam suatu kalimat dan ternyata mereka senasib dan sepenanggungan; mereka menjadi bersauda­ra yang sebenarnya dalam ikatan iman. 

Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah. Tetapi, kaum mereka kemudian mengetahuinya dan melaporkan keadaan sang Raja.

Raja memanggil para pemuda itu, lalu menanyakan tentang peribadatan yang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk menyembah Allah SWT. 

Melarikan Diri ke Gua

Raja kemudian memerintahkan para pengawalnya untuk membunuh mereka. Namun, ketujuh pemuda itu lari menyelamatkan diri dan bertemu di sebuah gua.

Ketika memasuki gua dan bersembunyi dari kejaran kaumnya, mereka seraya memohon kepada Allah rahmat dan kelembutan-Nya kepada mereka.

"Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu”, yaitu berikan kepada kami rahmat dari sisiMu, dengan mengasihani kami dan melindungi kami dari kaum kami. “Dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”, yaitu jadikan petunjuk sebagai hasil akhir bagi kami. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Husain bin Arthah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

“Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah dari kebinasaan di dunia dan dari siksa akhirat.” (HR. Ahmad)

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut