Syarat Sah Shalat Lengkap Rukun dan Tata Cara sesuai Ajaran Rasulullah
- Al qardh (jari-jari tangan kanan melingkari atau menggenggam tangan kiri). Dalilnya, hadits dari Wail bin Hujr: “Aku Melihat Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdiri dalam shalat beliau melingkari tangan kirinya dengan tangan kanannya” (HR. An Nasa'i, shahih).
5. Membaca doa iftitah
Hukum membaca doa iftitah adalah sunnah. Ada beberapa macam jenis doa iftitah yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan sahabat, berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.
6. Membaca ta’awudz dan basmalah
Setelah membaca iftitah, kemudian membaca ta’awudz yang hukumnya sunnah. Ada beberapa bacaan ta’awudz yang dianggap shahih, seperti berikut:
"a’uudzubillaahi minas syaithaanir rajiim" (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf) atau "a'uudzu billaahis samii’il ‘aliimi minasy syaithaanir rajiim” (HR. Abdurrazaq dalam Al Mushannaf). Ta’awudz dibaca secara sirr (lirih). Para ulama berbeda pendapat apakah basmalah dibaca secara jahr (keras) atau sirr (lirih).
7. Membaca Al Fatihah (rukun shalat)
Berikutnya dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah. Tidak sah shalat tanpa membaca Al Fatihah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab” (HR. Bukhari-Muslim).
Namun berbeda lagi bagi makmum, para ulama berbeda pendapat apakah makmum ikut membaca Al Fatihah ataukah diam mendengarkan bacaan imam. Yang rajih, jika makmum mendengar imam sedang membaca (secara jahr), maka ia wajib mendengarkan dan diam.
Namun jika makmum tidak mendengarkan imam membaca (karena dibaca secara sirr), maka ia wajib membaca Al Fatihah. Pendapat jumhur ulama, setelah membaca Al Fatihah, disunnahkan mengucapkan "amin" dengan jahr (keras).
8. Membaca surat dari Al Qur’an
Setelah surah Al Fatihah, disunnahkan membaca surat dari Al Qur’an (selain Al Fatihah) yang dihafal. Disunnahkan untuk dibaca dengan jahr (keras) di shalat jahriyyah (maghrib, isya’, dan subuh).
9. Rukuk
Setelah itu, mengucap "Allahu Akbar" sambil mengangkat kedua tangan, sama seperti cara takbiratul ihram. Kemudian membungkukkan badan sehingga punggung dan kepala dalam keadaan lurus, telapak tangan menggenggam lutut dengan jari-jari direnggangkan.
Dari Abu Humaid As Sa’idi mengatakan:
"Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika rukuk, beliau meletakkan kedua tangannya pada lututnya, dan meluruskan punggungnya” (HR. Al Bukhari). Ketika rukuk membaca doa: "Subhaana rabbiyal ‘azhiim" sebanyak 3x atau lebih.
10. I’tidal (bangun dari rukuk)
Bangun dari rukuk hingga berdiri tegak sambil mengucapkan: "sami’allahu liman hamidah"”, bagi imam atau orang yang shalat sendiri.
Bagi makmum membaca: "Rabbana walakal hamdu". Sambil mengangkat kedua tangan seperti cara mengangkat tangan ketika takbir.
11. Melakukan sujud pertama
Dalam melakukan sujud, para ulama berbeda pendapat apakah lebih dahulu tangan ataukah lutut ketika turun. Dari riwayat dari Ibnu Umar: "Bahwasanya ia turun sujud dengan kedua tangannya sebelum lututnya" (HR. Al Bukhari secara mu’allaq, Abu Daud).
Cara sujud adalah dengan menempelkan 7 anggota badan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: “aku diperintahkan untuk sujud dengan 7 anggota badan: Jidat (sambil menunjukkan kepada hidungnya), 2 tangan, 2 lutut, dan jari-jari kedua kaki” (HR. Bukhari-Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa hidung juga termasuk yang wajib ditempelkan. Kemudian kedua tangan sejajar dengan pundaknya atau pangkal telinganya, dengan jari-jari dalam keadaan rapat dan menghadap kiblat. Lengan dibuka dan tidak menempel dengan badan.
"Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika shalat (sujud) beliau merenggangkan kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau" (HR. Bukhari-Muslim). Ketika sujud membaca doa: “subhaana rabbiyal a’laa” sebanyak 3 kali.
12. Duduk di antara 2 sujud
Setelah sujud, kemudian duduk iftirasy. Duduk iftirasy adalah duduk dengan cara menegakkan telapak kaki kanan dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan kaki kiri dalam keadaan tidur dan diduduki oleh pantat. Kedua tangan diletakkan di atas paha, jari-jari menghadap ke kiblat. Ketika duduk, mengucapkan doa: “Rabbighfirlii” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, An Nasa'i. shahih).
13. Melakukan sujud kedua
Dari posisi duduk, turun untuk sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar", lalu sujud dengan ketentuan sama seperti sujud pertama.
14. Melakukan duduk istirahat dan bangun menuju rakaat kedua
Dari posisi sujud, bangkit tanpa bertakbir, untuk duduk sejenak dengan posisi duduk iftirasy. Lalu bangun untuk berdiri menuju rakaat yang kedua sambil mengucapkan “Allahu Akbar” dan mengangkat kedua tangan seperti cara mengangkat tangan pada takbiratul ihram. Takbir ini dinamakan takbir intiqal. Intiqal artinya berpindah, karena takbir ini dilakukan ketika berpindah dari satu rukun menuju rukun berikutnya.
15. Melakukan tata cara yang sama seperti rakaat pertama
- Pada rakaat kedua dan seterusnya, tidak disyariatkan membaca doa iftitah. Sebagaimana namanya, istiftah artinya ‘membuka’, hanya disyariatkan pada rakaat pertama.
- Jika sholat yang jumlah rakaatnya lebih dari dua, maka rakaat ketiga atau rakaat keempat, bacaan Al Fatihah dan bacaan surat tidak dikeraskan.
- Pada rakaat kedua, pada shalat yang rakaatnya lebih dari dua, setelah bangun dari sujud yang kedua, tidak melakukan duduk istirahat melainkan duduk tasyahud awal dan melakukan tasyahud awal.
- Pada rakaat terakhir, setelah sujud terakhir melakukan duduk tasyahud akhir dan melakukan tasyahud akhir.
16. Cara duduk tasyahud awal
Duduk dengan posisi duduk iftirasy, kemudian mengangkat jari telunjuk kanan hingga lurus ke arah kiblat. Sambil membaca doa: “Attahiyyatu lillahi was sholawatu wat thayyibaat, as salaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullahi wabarokaatuh, assalaamu ‘alainaa wa’alaa ibaadillaahis shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah” (HR. Bukhari-Muslim).
Dan ada beberapa bacaan doa tasyahud lainnya yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dianjurkan untuk membaca shalawat saat tasyahud awal. Setelah tasyahud awal, berdiri menuju rakaat ketiga sebagaimana telah dijelaskan.
17. Cara duduk tasyahud akhir
Para ulama berbeda pendapat mengenai posisi duduk tasyahud akhir, sebagian ulama mengatakan bahwa posisinya tawarruk atau duduk dengan cara menegakkan telapak kaki kanan dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan telapak kaki kiri berada di depan kaki kanan dan bokong menyentuh lantai.
Sebagian ulama lagi menyatakan, untuk sholat yang dua rakaat, maka duduk tasyahud akhir dengan posisi iftirasy. Namun dalam masalah ini, perkaranya longgar. Kemudian mengangkat jari telunjuk kanan hingga lurus ke arah kiblat. Sambil membaca doa tasyahud sebagaimana pada tasyahud awal, lalu diwajibkan untuk membaca shalawat: “Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibroohiim, wa ‘alaa aali Ibrahim, innaka hamiidummajiid” (HR. Bukhari-Muslim). Terdapat juga lafadz lain yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.