Teks Khutbah Jumat tentang Haji dan Kiat Meraih Predikat Mabrur
Menurut Al-Imam Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thabari, hasanah atau kebaikan yang dimaksud di atas adalah mencakup kesehatan jasmani dan kelapangan rezeki serta ilmu dan ibadah di dunia, sehingga semua itu mengantarkan kepada hasanah atau kebaikan yang bersifat puncak di akhirat kelak, yaitu surga, serta dijauhkan dari azab neraka.
Menurut Al-Imam ‘Imaduddin Isma’il ibn Katsir ad-Dimasyqi di dalam karya tafsirnya Tafsîr al-Qur"ân al-‘Azhîm, adapun yang dimaksud hasanah atau kebaikan di akhirat dan terbebas dari azab neraka adalah terpeliharanya diri seorang manusia saat hidup di dunia dari segala hal yang haram.
Dari sini dapat kita pahami bahwa haji yang mabrur tercermin dari komitmen kuat untuk tidak melibatkan segala bentuk keharaman di dalam seluruh aktivitas kita di dunia, apakah itu di dalam bekerja mencari rezeki, di dalam menggapai suatu pangkat atau jabatan, di dalam berpolitik, bahkan di dalam ibadah dan dakwah sekalipun.
Setelah komitmen luhur itu melandasi setiap gerak dan langkah kita sehingga melahirkan hasanah di setiap aktivitas kita di dunia, baru kemudian dapat diharapkan berujung pada tercapainya hasanah di akhirat, berupa surga, serta terpelihara dari siksa neraka.
Di antara kita ada yang sudah melaksanakan haji, di antara kita pasti ingin sekali melaksanakan ibadah haji, bahkan saat ini, saudara-saudara kita sedang menjalani tahapan-tahapan ritual haji. Mari kita luangkan waktu untuk introspeksi diri, dari dua karakter manusia di atas, termasuk di dalam golongan manakah kita berada.
Semoga hasil introspeksi diri itu kemudian melahirkan komitmen teguh di hati dan perilaku kita semua untuk senantiasa hanya berpihak kepada yang hasanah, yang haq, yang baik, yang jujur, yang benar dan yang halal.