Perjalanan Karier Nurnaningsih, Bom Seks Pertama Dunia Perfilman Indonesia
Namun rupanya, penampilan setengah telanjang Nur di film Harimau Tjampa bukanlah kali terakhir masyarakat Indonesia melihat tubuh Nur tanpa dihalangi kain. Pada pertengahan tahun yang sama, foto-foto telanjang Nuraningsih beredar di pasar gelap dan dibandrol dengan harga Rp200 – Rp300 per-fotonya.
Menanggapi hal tersebut, Nur berkata bahwa foto-foto tersebut bukan gambar dirinya yang asli, melainkan potret kepalanya yang ditempel ke tubuh orang lain. Dulu ada teknik montase, yang menggabungkan foto seperti itu dan sudah lumayan sering dilakukan di luar negeri.
Sayangnya, skandal tersebut membuat Nuraningsih harus didepak dari Perfini dan sempat berurusan dengan polisi serta kejaksaan. Film-filmnya pun diboikot dari beberapa daerah seperti Kalimantan Timur.
Nurnaningsih memiliki cita-cita bisa bermain di Hollywood agar bisa sekelas idolanya, Marilyn Monroe. Bahkan seorang representatif 20th Century Fox pernah menyebut bahwa Nur adalah satu-satunya bintang film Indonesia yang memiliki syarat bermain di Hollywood.
“Dia kaya pengetahuan umum, menguasai beberapa bahasa asing, pandai bermain piano, pandai menyanyi, pandai melukis, dan berwajah menarik.” Menurut representatif 20th Century Fox.
Gagal ke Hollywood karena tersandung kasus foto syur, Nurnaningsih pergi menjelajah berbagai sudut Indonesia sebagai seniman dari melukis, bermain peran, bernyanyi, dan bahkan dia sempat menjajal bermain sepak bola sebagai penjaga gawang selama enam tahun. Nur akhirnya kembali ke dunia perfilman pada tahun 1960-an akhir dalam film Djakarta, Hongkong, Macao dan kemudian dilanjut dengan peran-peran kecil lain di berbagai film.
Nur terakhir tampil sebagai aktor dalam film Malam Satu Suro yang tayang pada tahun 1988 bersama mendiang Suzanna. Akhirnya rehat dari dunia perfilman, Nuraningsih meninggal dunia pada Maret 2004 karena penyakit diabetes.
Editor: Dyah Ayu Pamela