9.500 Warga Gaza Masih Hilang, Evakuasi Jenazah Terkendala Larangan Israel
Infrastruktur Hancur, Wilayah Tak Layak Huni
Kantor Media Gaza mencatat, 90 persen infrastruktur sipil di Jalur Gaza telah hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, dan sistem air bersih. Akibatnya, sebagian besar wilayah kini tak layak huni.
Lebih dari 288.000 keluarga Palestina hidup di jalanan dan area publik tanpa tenda atau rumah mobil, karena Israel juga belum mengizinkan masuknya lebih dari 300.000 unit tenda sebagaimana dijanjikan dalam kesepakatan gencatan senjata.
Dugaan Upaya Sengaja Menghambat Pemulihan
Pemerintah Gaza menuding Israel sengaja memperlambat proses evakuasi dan rekonstruksi sebagai bentuk tekanan politik terhadap warga Palestina. Dengan menahan bantuan dan menolak pembukaan perbatasan, Israel dinilai berusaha mempertahankan kendali penuh atas Gaza.
Sejak Mei 2024, Israel telah mengambil alih sepenuhnya perbatasan Rafah, menghancurkan bangunan di sekitarnya dan melarang warga Palestina melintas.
Dengan ribuan korban masih hilang dan minimnya bantuan, Gaza kini menghadapi krisis kemanusiaan terburuk dalam dua dekade terakhir. Laporan lembaga lokal menunjukkan sebagian besar korban hilang adalah anak-anak dan perempuan yang tinggal di kawasan padat penduduk sebelum serangan.
Sementara dunia menaruh harapan pada gencatan senjata, warga Gaza justru menghadapi kenyataan pahit, perjanjian damai tanpa kedamaian, dan penghentian perang tanpa akhir penderitaan.
Editor: Anton Suhartono