Ledakan Beirut di Lebanon, 154 Orang Tewas dan 5.000 Terluka
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan, silo gandum yang hancur dalam ledakan Selasa merupakan satu-satunya di negara itu.
Sementara Direktur pelabuhan Kota Tripoli di Lebanon mengatakan, rencana untuk membangun silo biji-bijian sebanyak 150.000 ton di sana telah ditunda karena kurangnya dana.
Itu terjadi ketika Amerika Serikat (AS) telah menjanjikan lebih dari USD17 juta dalam bantuan bencana awal untuk Lebanon. Kedutaan AS dalam sebuah pernyataan mengungkapkan, bantuan tersebut termasuk makanan, persediaan medis dan keuangan untuk Palang Merah Lebanon.
Program Pangan Dunia (WFP) berencana untuk mengimpor tepung terigu dan biji-bijian untuk toko roti dan pabrik dalam upaya membantu melindungi kekurangan pangan di seluruh Lebanon.
"WFP prihatin ledakan dan kerusakan pelabuhan akan memperburuk situasi keamanan pangan yang sudah suram dan telah memburuk karena krisis keuangan yang mendalam di negara itu dan pandemi Covid-19. WFP juga siap menawarkan manajemen rantai pasokan dan dukungan logistik serta keahlian ke Lebanon," kata badan pangan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, aksi protes meletus di Beirut. Penduduk menyalahkan para pemimpin negara atas ledakan tersebut. Lebanon terperosok dalam krisis ekonomi yang parah sebelum ledakan yang juga secara luas disalahkan pada kelas politik.
Ledakan itu diduga disebabkan 2.750 ton amonium nitrat-bahan kimia yang digunakan untuk peledak dan pupuk. Bahan itu telah disimpan di pelabuhan sejak disita dari kapal kargo pada 2013 silam.
Editor: Donald Karouw