Puluhan Tentara Wagner Rusia Dilaporkan Tewas Diserang Teroris dan Pemberontak di Mali
"Mereka (Wagner) tidak akan mengirimkan ekspedisi liar seperti ini lagi di dekat perbatasan dengan Aljazair. Mereka selalu membanggakan tentang seberapa baik kinerja mereka dan seberapa kuat mereka, tetapi mereka tidak memiliki tenaga untuk melakukan ini dalam waktu lama atau untuk mempertahankan wilayah guna mengamankan penempatan," ujarnya.
Moskow telah memanfaatkan hubungan yang memburuk antara Barat dan negara-negara yang terkena dampak kudeta di Afrika Barat untuk mengirim pejuang Rusia dan menegaskan pengaruhnya. Wagner sendiri telah aktif di kawasan Sahel—hamparan luas di selatan Gurun Sahara—karena para tentara bayaran tersebut memperoleh keuntungan dari kekayaan mineral yang disita sebagai imbalan atas layanan keamanan mereka.
Kelompok paramiliter itu telah hadir di Mali sejak akhir 2021 pascakudeta militer. Mereka menggantikan pasukan Prancis dan pasukan penjaga perdamaian internasional dalam membantu Mali memerangi para militan yang telah mengancam masyarakat di wilayah tengah dan utara negara itu selama lebih dari satu dekade. Wagner diperkirakan memiliki 1.000 pejuang di Mali.
Analis independen John Lechner mengatakan, sejak membantu pasukan Mali untuk mendapatkan kembali kendali atas kota utama di utara Kidal, tentara bayaran itu menjadi terlalu percaya diri dan lengah. Menurut dia, kegagalan seperti insiden penyergapan akhir pekan adalah alasan mengapa Rusia mempertahankan kehadiran Wagner di Mali. Jika mereka kalah, Moskow tak harus kehilangan muka, karena yang terlibat di sana bukanlah pasukan militer resmi Rusia.
"Kekalahan atau kemunduran besar akan dikaitkan dengan perusahaan militer swasta itu," katanya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil